Meluruskan Sedikit Tulisan Karya Harun Yahya
Oleh : Ust. Abu Salma
Al-Atsary
Mukadimah
oleh : M. Ashabus Samaa’un
Mukadimah
Salah satu
tokoh perubahan islam yang terkenal dengan karyanya sangat banyak dan ilmiah
adalah harun yahya. Nama asli beliau adalah adnan oktar. Beliau mendapatkan
gelar sebagai muslim paling berpengaruh didunia. Dakwah beliau sangat berbeda
dengan kebanyakan para ahli ilmu. Karena beliau berdakwah dengan sisi lain. Yaitu dakwah melalui pembahasan
perkembangan ilmu pengetahuan dan sains. Yang tengah dipuja-puja oleh orang-orang
barat. Sehingga otomatis islam menjadi harum karena dakwah beliau telah
menunjukan betapa islam bukan hanya agama yang mengurusi masalah ibadah dan
muamalah saja. Islam ternyata juga agama yang bersifat universal yang ilmiah
dan benar dalam membahas ilmu pengetahuan. Otomatis dakwah beliau telah
membantah sebagian manusia kufur yang mengatakan islam agama yang sempit yang
buta ilmu pengetahuan modern seperti astronomi, geografi, kimia dan sebagainya.
Buktinya teori tentang helionsentris (peredaran planet-planet tata surya
mengelilingi matahari) telah ada dalam al-Qur’an yang telah berumur 1400 tahun
yang lalu.
Bahkan
sebagian besar ilmu orang barat yang telah maju sekarang ini ternyata
mengadobsi teori-teori ilmuwan muslim terdahulu. Akan tetapi orang barat adalah
bangsa yang suka membajak karya orang lain tanpa mengakui bahwa karya tersebut
adalah karya ilmuwan muslim. Mereka dengan sombong mengatakan bahwa ilmu
pengetahuan yang mereka dapat adalah berasal dari temuan mereka sendiri.
Padahal pada waktu jaman perang islam vs romawi dahulu banyak bangsa mereka
merampok kitab-kitab ilmiah dari perpustakaan islam yang maju waktu itu.
Bukti tentang
kebenaran al-Qur’an adalah firman TUHAN yang Maha Menciptakan adalah ayat-ayat
yang membahas tentang teori astronomi tentang kejadian alam semesta yaitu teori bigbang atau teori dentuman besar.
Berdasarkan teori tersebut awalnya alam semesta adalah berupa kabut yang
bergumpal-gumpal kemudian menyatu dan akhirnya meledak. Padahal teori seperti
ini ditemukan pada abad 20 oleh ilmuwan astronomi barat yang bernama Stephen hawking.
Nama dia popular karena dia mengklaim teori tersebut. Padahal jika umat islam
harusnya lebih tahu duluan karena al-Qur’an telah membahas teori ini terlebih
dahulu. Padahal al-Qur’an berumur lebih dari 1400 tahun yang lalu. Berikut ayat
yang membahas teori tersebut :
“Kemudian Dia menuju
kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu
keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa.” Keduanya
menjawab: “Kami datang dengan suka hati. ( QS.
Fushshilat [41] : 11 ).
Dan apakah orang-orang
yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu
adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air
Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka
tiada juga beriman?.” ( QS. Al Anbiyaa’ [21]:30 )
Ditengah keterpurukan dan kebodohan umat islam hari
ini karena akibat dari penjajahan orang-orang barat. Harun Yahya tampil sebagai barisan terdepan tokoh ilmu
pengetahuan islam. Oleh karena itu Harun yahya atau nama aslinya Adnan Oktar
berhak mendapatkan gelar ilmuwan muslim jaman modern. Karena
karya-karya beliau dalam membela kebenaran islam sangat ilmiah dan mampu
menghubungkan teori sains dengan ayat-ayat pengetahuan dalam al-Qur’an. Meskipun
memang al-Qur’an tidak membahas ilmu pengetahuan SAINS secara akurat, namun
berkat jasa beliau telah membuktikan bahwa Islam juga agama yang kaya akan ilmu
pengetahuan SAINS dan teknologi dan lebih valid kebenarannya dibandingkan
dengan teori-teori orang barat. Karena orang barat adalah bangsa yang gila SAINS maka teori harun yahya akan menjawab
mereka dan membantah teori-teori batil mereka dalam menyifati sifat-sifat Tuhan
dan anggapan batil mereka tentang teori komunisme dan materialisme sekuleris
dan segala variannya. Dan membantah semua jenis pemberhalaan kepada makhluk. Teori
evolusi Darwin adalah salah satu contoh teori sesat yang dibantah oleh Harun
Yahya dalam karyanya.
Namun dalam pembahasan berikutnya kita akan
membahas sedikit tentang kekurangan beliau dalam mengkaji ilmu pengetahuan
islam. Memang sebuah karya berupa buku, artikel, sastra dan sebagainya adalah
karya manusia. Sedangkan
manusia tak ada satupun yang terlepas dari belenggu salah dan dosa. Begitu juga
dengan kitab-kitab para ulama dan buku buku karya ilmuwan tidak selamanya dalam
sebuah tulisan adalah kebenaran. Karena jika begitu maka karya tersebut bukan
karya manusia. Tapi karya Tuhan yang 100 % merupakan kebenaran. Misalnya Al-Qur’an
adalah firman Allah SWT sehingga 100 % adalah benar.
Tulisan ini
kami kutip dari artikel karya ustadz abu salma. Tulisan ini tidak bermaksud
mengkorek-korek kejelekan karya harun yahya. Karena beliau
adalah tokoh yang sangat berjasa dalam mengembangkan dakwah islam. Tetapi tulisan ini semata-mata adalah untuk meluruskan
yang salah agar menjadi sebuah kebenaran. Kesalahan beliau dalam menulis karya
adalah hanya sedikit. Namun menyangkut masalah akidah. Sehingga tidak patut
jika dibiarkan begitu saja. Sehingga umat islam yang awam yang membaca karya
beliau agar lebih hati-hati dalam masalah akidah.
BEBERAPA KESALAHAN DALAM KARYA HARUN YAHYA YANG PATUT
DILURUSKAN
Tulisan ini
adalah kutipan dari karya dari ustadz Abu Salma Al-Atsari (Abu
Hudzaifah al-Atsari). Beliau sedikit meluruskan karya harun yahya tentang
masalah akidah. Berikut tulisannya :
Manusia tidak dapat lepas dari kesalahan, sedangkan
kewajiban setiap Muslim adalah saling mengingatkan di dalam menetapi kebenaran
dan kesabaran. Harun Yahya –saddadahullahu- adalah diantara cendekiawan dan
saintis muslim yang juga terperosok ke dalam kesalahan yang cukup fatal di
dalam masalah aqidah. Secara pembahasan mendetil ternyata akidah beliau lebih
mirip dengan akidah sufiyah meskipun tidak terlalu fatal. Kesalahan-kesalahan
beliau ini tersebar di mayoritas buku-bukunya yang membicarakan tentang Islam. Biarpun
begitu kami tetap mengakui bahwa beliau berjasa besar dalam teori pemikiran
Sains islam. Namun, biar bagaimanapun beliau adalah manusia yang kadang salah
kadang benar, sehingga kita wajib menolak kesalahan-kesalahannya dan wajib
menerangkannya kepada ummat agar ummat tidak terperosok ke dalam kesalahan yang
sama. Semoga Allah menunjuki diri kami, diri beliau dan seluruh ummat Islam.
Beliau memiliki kesalahan-kesalahan yang fatal di
dalam buku-bukunya, diantaranya yang berjudul EVOLUTION DECEIT (Keruntuhan Teori
Evolusi) yang menunjukkan pemahamannya terhadap Aqidah dan Tauhid yang keliru. Bab yang menunjukkan kesalahan
ini diantaranya terdapat di dalam bab ”The Real Essence of Matter”. Perlu saya
tambahkan di sini, walaupun Harun Yahya melakukan kesalahan serius di dalam
perkara aqidah, namun saya tidak pernah menvonisnya sebagai Ahlul Bid’ah,
terlebih-lebih menvonisnya sebagai kafir, nas’alullaha salamah wa ‘afiyah.
Sebab, bukanlah hak saya untuk melakukan vonis semacam ini, namun hal ini
adalah hak para ulama dan ahlul ilmi yang mutamakkin (mumpuni). Saya di sini
hanya ingin menunjukkan beberapa kesalahan yang beliau lakukan sebagai bentuk
amar ma’ruf nahi munkar.
Harun Yahya
–saddadahullahu- berkata di dalam pembukaannya di dalam “Where is God?” (Dimana
Tuhan) pada halaman 175, sebagai berikut :
“The basic
mistake of those who deny God is shared by many people who in fact do not
really deny the existence of God but have a wrong perception of Him. They do
not deny creation, but have superstitious beliefs about “where” God is. Most of
them think that God is up in the “sky”. They tacitly imagine that God is behind
a very distant planet and interferes with “worldly affairs” once in a while. Or
perhaps that He does not intervene at all: He created the universe and then
left it to itself and people are left to determine their fates for themselves.
Still others have heard that in the Qur’an it is written that God is
everywhere” but they cannot perceive what this exactly means. They tacitly
think that God surrounds everything like radio waves or like an invisible,
intangible gas. However, this notion and other beliefs that are unable to make
clear “where” God is (and maybe deny Him because of that) are all based on a
common mistake. They hold a prejudice without any grounds and then are moved to
wrong opinions of God. What is this prejudice?”
Yang artinya adalah
:
“Kesalahan
mendasar bagi mereka yang mengingkari Tuhan yang tersebar pada kebanyakan orang
adalah pada kenyataannya mereka tidaklah mengingkari keberadaan Tuhan itu
sendiri, namun mereka memiliki persepsi yang berbeda terhadap Tuhan. Mereka
tidaklah mengingkari penciptaan, namun mereka memiliki keyakinan takhayul
mengenai “dimanakah” Tuhan itu berada. Mayoritas
mereka beranggapan bahwa Tuhan berada berada di atas ”Langit”. Mereka secara
diam-diam membayangkan bahwa Tuhan berada di balik planet-planet yang sangat
jauh dan turut mengatur ”urusan dunia” sesekali waktu. Atau mungkin Tuhan tidak
turut campur tangan sama sekali. Dia menciptakan alam semesta dan membiarkan
apa adanya dan manusia dibiarkan begitu saja mengatur nasib mereka
masing-masing. Sedangkan lainnya, ada yang pernah mendengar bahwa Tuhan ”ada di
mana-mana”, namun mereka tidak dapat memahami maksud hal ini secara benar.
Mereka secara diam-diam berfikir bahwa Tuhan meliputi segala sesuatu seperti
gelombang radio atau seperti udara yang tak dapat dilihat ataupun diraba.
Bagaimanapun juga, dugaan ini dan keyakinan lainnya yang tidak mampu
menjelaskan ”dimanakah” Tuhan berada (atau bahkan mungkin mengingkari Tuhan
dikarenakan hal ini), seluruhnya adalah kesalahan yang lazim terjadi. Mereka
berpegang pada praduga yang tak berdasar dan akhirnya menjadi keliru di dalam
memahami Tuhan. Apakah prasangka ini??”
Kemudian beliau sampai kepada perkataan filsafat
sebagai berikut (hal. 189) :
“Consequently
it is impossible to conceive Allah as a separate being outside this whole mass
of matter (i.e the world) Allah is surely “everywhere” and encompasses all.
Yang artinya :
“Maka dari itu,
merupakan suatu hal yang mustahil untuk memahami Allah sebagai suatu Dzat yang
terpisah dari keseluruhan massa partikel/materi (yaitu dunia), Allah secara
pasti “berada di mana-mana” dan meliputi segala sesuatu.”
Perkataan ini
jelas-jelas perkataan kaum shufiyah, bahkan menyimpan pemahaman konsep Wihdatul
Wujud. Pemahaman ini jelas-jelas suatu kekeliruan yang nyata dan fatal yang
setiap muslim dan mukmin harus baro’ (berlepas diri) darinya. Karena Ahlus
Sunnah meyakini bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala beristiwa di atas Arsy-Nya di
atas Langit, Dzat-Nya terpisah dari makhluk-Nya dan Ilmu-Nya meliputi segala
sesuatu.
Harun Yahya
–saddadahullahu- menulis di halaman 190 tentang ”kedekatan Allah secara tidak
terbatas” terhadap makhluk-Nya dengan membawakan dalil :
”Jika
hamba-hamba-Ku bertanya tentang-Ku, sesungguhnya Aku dekat.”
(Al-Baqoroh : 186)
”Dan
(ingatlah), ketika Kami wahyukan kepadamu: “Sesungguhnya (ilmu) Tuhanmu
meliputi segala manusia.” (Al-Israa’
: 60)
Harun Yahya juga
membawakan ayat yang berhubungan dengan kedekatan Allah terhadap manusia
tatkala sakaratul maut, yaitu :
”Maka mengapa ketika nyawa
sampai di kerongkongan, padahal kamu ketika itu melihat, dan Kami lebih dekat
kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat.” (Al-Waaqi’ah
: 83-85)
Padahal ayat-ayat
yang dibawakan oleh Harun Yahya ini, tidak sedikitpun menunjukkan pemahaman
bahwa Allah Dzat Allah ada dimana-mana, namun menurut pemahaman Ahlus Sunnah
yang dimaksud oleh Firman Allah di atas adalah, “Ilmu” Allah-lah yang meliputi segala
sesuatu. Sebagaimana dikatakan oleh al-Imam Sufyan ats-Tsauri, tatkala ditanya
tentang ayat wa huwa ma’akum ayna ma kuntum (Dia berada dimanapun kamu berada),
beliau berkata : “Yang dimaksud adalah Ilmu-Nya.” (Khalqu Af’alil Ibad, Imam
Bukhari)
Harun Yahya berkata
pada permulaan halaman 190 sebagai berikut :
“That is, we cannot perceive
Allah’s existence with our eyes, but Allah has thoroughly encompassed our
inside, outside, looks and thoughts….”
Yang artinya :
“Oleh karena
itulah, kita tidak dapat membayangkan keberadaan Allah dengan mata kita, namun
Allah benar-benar sepenuhnya meliputi bagian luar, bagian dalam, pengelihatan,
pemikiran…”
Ucapan ini adalah ucapan yang keliru dan bathil. Ini
adalah pemahaman filsafat shufiyah jahmiyah mu’tazilah. Sungguh, keseluruhan bab yang
berjudul “The real essence of Matter” benar-benar diselaraskan dengan filosofi
Harun Yahya terhadap aqidahnya. Yang apabila diringkaskan keseluruhan bab ini
menjadi satu kalimat, yaitu :
“That there is no US, the WORLD
is not REAL, Allah is REAL, so ALLAH is EVERYWHERE and WE ARE an ILLUSION”
Yang artinya :
“Bahwa kita ini
tidak ada, dunia itu tidak nyata, Allah sajalah yang nyata, oleh karena itu
Allah berada di mana-mana sedangkan kita hanyalah ilusi belaka.”
Hal ini tersirat di
dalam perkatannya di halaman 193 :
“As it may
be seen clearly, it is a scientific and logical fact that the “external world
has no materialistic reality and that it is a collection of images perpetually
presented to our soul by God. Nevertheless, people usually do not include, or
rather do not want to include, everything in the concept of the “external
world”.
Yang artinya :
“Sebagaimana
telah tampak secara nyata, merupakan suatu hal yang saintifis dan fakta bahwa
dunia eksternal tidak memiliki materi yang realistis dan dunia eksternal
hanyalah merupakan kumpulan gambaran yang secara terus menerus berada di dalam
jiwa kita oleh Tuhan. Walau demikian, manusia seringkali tidak memasukkan, atau
lebih jauh tidak mau memasukkan, segala sesuatu ke dalam konsep “dunia luar”.”
Ucapan ini berlanjut
hampir pada keseluruhan bab, dan hal ini tentu saja suatu penyimpangan yang
fatal dan dapat menimbulkan syubuhat terhadap para pembaca buku ini, karena
biar bagaimanapun buku ini mengandung data-data saintifis, bukti-bukti rasional
dan bantahan-bantahan ilmiah rasionalis terhadap kaum materialistis. Oleh
karena itu menjelaskan kesalahan-kesalahan aqidah dan selainnya adalah suatu
keniscayaan dan kewajiban, karena membela al-Haq lebih dicintai dari seluruh
perkara lainnya.
Sebagai
kesimpulan, di
sini saya akan meringkaskan poin-poin kesalahan pemahaman Harun Yahya di dalam
bukunya EVOLUTION DECEIT (dan selainnya), sebagai berikut :
1. Harun Yahya
memiliki perkataan yang bernuansa shufiyah kental, yakni meyakini pemahaman
”Allah ada dimana-mana”, bahkan beliau memiliki perkataan yang mengarah kepada
konsep Wihdatul Wujud yang kufur, semoga Allah memberinya hidayah dan
mengampuninya.
2. Harun Yahya
memiliki aqidah yang serupa dengan Qodariyah-Mu’tazilah di dalam masalah Qodar
(Taqdir), sebagaimana secara jelas terlihat pada tulisannya di halaman 190
akhir.
3. Harun Yahya
memiliki aqidah yang dekat kepada Jahmiyah di dalam menolak sifat-sifat Allah,
terutama sifat istiwa Allah di atas Arsy-Nya dan Arsy-Nya berada di atas
langit.
Demikianlah sebagian
kecil yang dapat saya tuliskan tentang beberapa kesalahan fatal di dalam
buku-buku Harun Yahya –saddadahullahu-, dan apa yang saya tuliskan di sini
bukanlah menunjukkan hanya ini sajalah kesalahan beliau, namun yang saya
tuliskan di sini hanyalah sebagian kecil saja dari kesalahan-kesalahan yang
bersifat aqidah yang terdapat pada beliau. Tulisan ini lebih banyak diadopsi
dari tulisan al-Akh Abu Jibrin al-Birithani yang meluangkan waktunya menyusun
beberapa kekeliruan aqidah Harun Yahya.
Bagi
para ikhwah
yang tertarik dengan modern sains dan bantahan-bantahan terhadap saintis
sekuler atau yang berideologi materialistis, saya lebih menyarankan
untuk
merujuk kepada tulisan-tulisan dan ceramah al-Ustadz DR. Zakir Naik
al-Hindi,
seorang ilmuwan muda India yang telah hafal al-Qur’an pada usia 10
tahun, dan
sekarang menjadi presiden IRF (International Research Foundation) India.
Beliau
juga dekat dengan masyaikh jum’iyah Ahlul Hadits India, sehingga insya
Allah
dalam masalah aqidah, beliau jauh lebih salimah daripada ilmuwan muslim
lainnya
seperti Harun Yahya. Walaupun di dalam beberapa hal beliau juga
melakukan
kesalahan-kesalahan yang perlu mendapatkan perhatian tersendiri. Oleh
karena itu, kami tidak mengambil perkara manhaj dari beliau (DR.
Zakir Naik), namun di dalam perkara yang beliau berkompeten di dalamnya,
maka
tidak ada alasan bagi kami menolaknya.
Wallahu a’lam
bish showab.
isi Kajian (hapus ini jika ingin Posting artikel, tapi jangan Hapus Tulisan "Kirimkan ke teman anda sebagai file .Pdf)
Kirimkan Ke Teman anda Sebagai File .Pdf :
Send articles as PDF to
0 comments:
Posting Komentar
Terimakasih atas komentar anda . . .