Motto "Lestarikan Budaya Luhur Islam"

07 September 2013

Opini Sederhana : Mendingan Aku Jujur Gak Nipu Diri !

Oleh : Muhammad A. Samaaun.

Dalam sebuah hadits dikatakan Jujur adalah inti islam. Begitulah islam
selalu mengajarkan jujur kepada umatnya supaya mendapatkan kehidupan
yang lurus didunia dan diakhirat.

Dalam perjalanan hidup ini kadang banyak kita temukan orang-orang yang
berpenampilan layaknya seorang intelek/alim. Namun disisi lain kadang
orang itu juga melakukan perbuatan yang bertentangan dengan layaknya
intelek/alim semacam berkata kotor, mencacimaki dan sebagainya.

Kita tak usah heran, kita hanya perlu menyimpulkan bahwa sifat orang
munafiq adalah tidak mau jujur dengan dirinya sendiri. Dia hanya
mengharapkan sanjungan dan penghormatan dari orang disekitarnya.
Penampilannya memang alim tapi kita tidak tahu jika hati manusia itu
bengkok atau lurus karena tertutupi kulit dan tulang dan juga
tertutupi pakaiannya. Tapi ingatlah barangsiapa menipu Allah dengan
melakukan perbuatan yang baik didepan orang banyak tetapi bermaksiat
pada saat dia sendirian atau malah kadang penampilan tak sesuai
perbuatan. maka sesungguhnya yang dilihat Allah bukanlah penampilan
kalian akan tetapi penampilan hati kalian. Apakah anda pernah
mendengar kisah pelacur masuk surga? atau ahli ibadah yang mati masuk
neraka?. Itu intinya adalah masalah hati. Hati manusia yang lurus maka
insyaAllah dia akan mendapatkan jalan hidup yang lurus. Jika hati
manusia bengkok maka sebaik apapun penampilan dhohir anda maka itu tak
berpengaruh kepada hisab dihari kiamat. Mungkin didunia hanya mendapat
sanjungan orang lain, tapi sayang dunia ini sementara. Akhirat itu
kekal selamanya. Memang paling sulit diantara memelihara sesuatu
adalah memelihara hati sendiri.

Mendingan kita berpenampilan apa adanya yang penting sopan dan sesuai
ajaran islam. Tak usah bangga dengan penampilan kita. Seperti kata
teman saya "Mendingan Gue Jujur, gak Nipu diri, Orang mau berkata apa
kek, emang inilah saya, saya gak mau orang lain tertipu gara-gara
penampilan saya. saya gak mau pakai topeng!"

Yah begitulah meskipun teman saya itu orangnya bukan ahli agama tapi
saya menyukainya daripada seorang ahli ibadah tapi cuman
"kelihatannya". Janganlah kita memakai topeng karena entar topeng itu
yang masuk surga, bukan kitanya.. hehehe. apakah cukup rasional
penjelasan saya.

Ya, apalagi karena memang segala sesuatu yang tertutupi nantinya akan
nampak juga biar waktu yang menentukan jadwalnya. Kata seorang bijak
"Orang yang terbiasa membohongi diri sendiri sebenarnya dia tersiksa
batinya, meski ia selalu tampil ceria dan bahagia didepan banyak
manusia".

wallahu'alam



--
ttd.


M. Alie Marzen

Kisah Hikmah : Jujur Adalah Inti Islam

Oleh Syahruddin El-Fikri

Dalam sebuah riwayat dikisahkan, suatu hari, Rasulullah SAW kedatangan
seorang tamu yang ahli maksiat. Ia pernah berzina dan juga suka
minum-minuman keras.

Ia menyampaikan maksud kedatangannya untuk memeluk agama Islam. Rasul SAW
senang mendengarnya. Ia pun kemudian bersyahadat. "Asyhadu an La ilaha
Illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah."

Namun demikian, ia menyatakan dirinya belum bisa meninggalkan perbuatan
maksiat yang sering dilakukannya seperti berzina dan minum-minuman keras.

Rasul SAW tak langsung melarangnya. Beliau hanya tersenyum seraya meminta
satu hal kepada lelaki itu. "Apa itu ya Rasul?" tanya dia. Rasul SAW
menjawab: "Berkatalah jujur."

Mendengar hal itu, lelaki itu senang, karena menurutnya, agama Islam itu
mudah. "Kalau cuma jujur, saya sanggup wahai Rasulullah," jawabnya. Rasul
memujinya dan memintanya untuk selalu jujur dalam keadaan apa pun dan di
mana pun.

Setelah itu, lelaki tersebut kembali ke rumahnya. Ia bahagia sudah
memeluk Islam. Sampai di rumah, ia pun melihat sejumlah botol minuman
keras yang masih terisi.

Ia lalu mengambil botol tersebut dan lantas membuka tutupnya. Dalam hati
ia berkata, betapa mudahnya Islam itu, sebab dirinya yang sudah menjadi
Muslim, tidak diperintahkan untuk langsung mendirikan shalat. Bahkan, tak
melarangnya untuk menghentikan perbuatan maksiat yang menjadi
kegemarannya.

Namun, beberapa saat kemudian, lelaki itu tersadar. "Kalau nanti aku
ketemu Rasul dan beliau bertanya, apakah aku masih minum? Lalu aku jawab
tidak, berarti aku berbohong. Maka aku berdosa. Dan jika aku berkata
jujur aku masih meminumnya, maka aku juga berdosa karena Islam melarang
itu?"

Pergolakan batin ia alami, antara meneruskan meminum minuman keras atau
meninggalkannya. Ia mengambil keputusan untuk meninggalkannya. Ia tak
jadi meminumnya.

Beberapa hari kemudian, ia berjalan-jalan dan menjumpai seorang perempuan
yang cantik jelita. Lelaki itu pun mencoba merayu dan menggodanya.

Kata-kata indah yang diucapkannya, bagai setetes air penawar dahaga.
Rayuan gombal yang dilontarkannya, membuat sang perempuan tergoda. Ia pun
membawa perempuan itu ke rumahnya. Ia bermaksud untuk melakukan zina
dengannya.

Namun, belum sempat melakukan perbuatan itu, ia kembali mengalami
pergolakan batin. Ia membayangkan bila suatu saat nanti bertemu dengan
Rasul dan beliau menanyakan apakah dirinya berzina?

"Kalau aku jawab iya, maka hukuman rajam sebagai balasannya. Kalau
berkata tidak, maka aku berdusta dan tidak jujur kepada Rasulullah,"
batinnya. Akhirnya, ia tak jadi melakukan zina dan perempuan yang sudah
ada di depannya ia suruh pulang.

Lelaki itu segera menemui Rasulullah. Ia langsung meminta maaf dan
berkata: "Wahai Rasul, sungguh Islam itu luar biasa. Engkau tidak
memerintahkanku untuk shalat dan juga tidak melarangku untuk berbuat
maksiat. Engkau hanya minta satu kepadaku, jujur. Wahai Rasul, saya
memahami, sesungguhnya itulah inti Islam." Rasul pun tersenyum dan
mengajak lelaki itu untuk shalat dan bertaubat.

Dari kisah di atas, sedikitnya tiga hikmah yang bisa dipetik. Pertama,
hendaknya kita selalu berkata jujur, tidak berbohong dalam situasi apa
pun. Kedua, jujur akan membawa keselamatan dan keberkahan. Sebaliknya
bohong, akan membuat pelaku dihinggapi rasa bersalah dan ketidaknyamanan.

Ketiga, Islam adalah agama yang mengajak manusia pada kebaikan dengan
cara yang lembut, bijak, dan penuh kasih sayang. Wallahu a'lam.



Redaktur : Damanhuri Zuhri
Sabtu, 31 Agustus 2013, 05:17 WIB

Sumber REPUBLIKA.CO.ID

--
ttd.


M. Alie Marzen

Kisah dan Hikmah : Rencana Fir'aun Membuat Menara Langit

Oleh Afriza Hanifa

Istana Fir'aun terguncang hebat. Sang raja dikalahkan
begitu saja oleh pemuda belia bernama Musa. Tipu dayanya memanggil para
ahli sihir dari penjuru negeri Mesir berakhir kekalahan.

Alih-alih mengalahkan Musa, para penyihir malah tertunduk sujud menyembah
Tuhan Musa dan enggan lagi menuhankan Fir'aun.

Fir'aun geram bukan kepalang. Ia mengamuk di atas singgasananya. Para
menteri dan orang-orang disampingnya menjadi luapan kemarahannya.
Semuanya dicaci kemudian diusir dari istananya.

Fir'aun menyendiri sembari menenggak anggur. Namun kemarahannya tak
kunjung reda. Ia pun memanggil kembali semua menteri dan pejabat kerajaan
untuk menghadapnya segera.

Takut-takut, para pejabat memasuki istana. Melihat rajanya yang masih
emosional, makin takut hati mereka. Sebentar lagi, raja negeri Mesir ini
pasti meledak. Wajah sang raja tertekuk geram.

Ia seakan baru saja ditampar keras oleh Musa. Sang Nabiyullah membuktikan
ketuhanan Fir'aun palsu belaka. Ia sekedar manusia lemah yang berdusta
mengaku Tuhan.

Ketika semua pembesar telah berkumpul, Fir'aun tiba-tiba bertanya pada
perdana menterinya, "Hai Haman, Apakah aku ini seorang pendusta?" teriak
Fir'aun.

Hamman, pengikut setia Fir'aun pun langsung bertekuk lutut kemudian
meyahut, "Siapa yang berani menuduh baginda Fir'aun sebagai pembohong?!"
ujarnya membela.

Fir'aun pun berkata, "Bukankah Musa mengatakan bahwa ada Tuhan di Surga?"
ujar penguasa negeri piramida, geram."Musa telah berdusta!" ujar Hamman
segera. Ia tak ingn tuannya marah.

Namun Fir'aun tak puas dengan jawaban Hamman. Ia pun memalingkan wajahnya
dengan wajah masih merah padam. "Saya tahu Musa itu hanyalah tukang sihir
yang berdusta," ujar Fir'aun.

Fir'aun kembali memandang Hamman dengan ide tipu daya yang lain, "Wahai
pembesarku, akulah Tuhan kalian. Bersama Hamman, bagunlah untukku sebuah
menara yang menjulang tinggi supaya aku sampai higga pintu-pintu langit.
Aku ingin melihat Tuhan Musa, dan aku tahu bahwa Musa itu hanyalah
seorang pendusta," ujar Fir'aun.

Hati Fir'aun benar-benar tertutup. Ia terhalang menuju jalan yang lurus.
Pun para pembesarnya tak dapat menolak perintah sang raja. Hamman pun
segera memperintahkan para pembesar lain untuk memenuhi keinginan
Fir'aun. Namun itu hanyalah sifat munafik Hamman.

Ia sebenarnya tahu betul bahwa mustahil membangun menara seperti yang
diinginkan Fir'aun. Bahkan meski peradaban Mesir kala itu dipandang maju,
membangun menara hingga pintu langit merupakan perkara ajaib yang tak
mampu dilakukan. Kendati demikian, ia mengiyakan perintah Fir'aun agar
sang raja tak murka padanya.

Hingga kemudian, Hamman dengan kedudukannya meemberikan pengaruh bagi
keputusan raja. Ia dengan mulut manisnya berusaha memuja Fir'aun.

"Namun paduka, untuk pertama kalinya saya merasa keberatan. Kendati Anda
telah membangun menara menjulang, Anda tak akan pernah menemukan siapapun
di langit. Karena memang tidak ada Tuhan selain Anda," ujar Hamman.

Mendengarnya, Fir'aun langsung berbangga diri dan memuja diri sendiri
dengan ucapan Hamman. Fir'aun pun kemudian mendeklarasikan diri kembali
sebagai Tuhan. "Wahai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu
selain aku," ujar Fir'aun.

Fir'aun pun kemudian menyebarkan rumor di tengah masyarakat. Setiap orang
yang berani melawannya dan menyembah selainnya, maka akan mendapat
hukuman mati. Fir'aun memperketat militernya. Ia menyebar semua aparat
untuk menjaga eksistensinya sebagai Tuhan.

Bani Israil pun dirundung teror Fir'aun tersebut. Apalagi Hamman
mengusulkan agar Fir'aun membunuh setiap pria dan menodai setiap wanita
diantara para pengikut Musa.

Semakin hari, Bani Israil tak kuat dengan siksaan Fir'aun. Mereka tak
lagi sabar dengan keimanan. Bukan Bani Israil jika tak melawan nabi
mereka.

Berbondong, mereka pun menemui Nabi Musa dan berkata, "Kami memang telah
menderita masalah sebelum Anda datang kepada kami. Namun kami juga tetap
menderita setelah Anda datang pada kami," keluh mereka.

Dengan sabar, Musa hanya menjawab, "Mudah-mudahan Allah membinasakan
musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi-Nya, maka Allah akan melihat
bagaimana perbuatanmu,"jawab Nabiyullah.

Sebagaimana diketahui dalam kisah Nabi Musa, Allah di kemudian hari
menyelamatkan Bani Israil dan membinasakan Fir'un, Hamman dan semua bala
tentara mereka.

"Dan akan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan akan Kami
perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu
mereka khawatirkan," surah Al Qashshash ayat 6.

Keterangan ayat menyebutkan bahwa yang dimaksud kekhawatiran Fir'aun dan
Hamman ialah kerajaan yang akan hancur oleh Bani Israil. Oleh karena
kekhawatiran tersebut, pemerintahan Fir'aun menyiksa Bani Israil. Namun
Allah selalu menyelamatkan hambaNya dan membela nabiNya.

Kisah Hamman tersebut dikisahkan dlam kitabullah dalam beberapa surat,
diantaranya dalam Surah Al Qashshash ayat 6 dan ayat 38, Surah Al Mu'min
ayat 36-37, serta Surah Al Ankabut ayat 38. Rujuklah kitab tafsir
"Qashshashul Anbiya" karya Ibnu Katsir untuk kisah lengkap perjalanan
hidup dan dakwah Nabiyullah Musa Alaihissalam.

Redaktur : A.Syalaby Ichsan
Minggu, 01 September 2013

Sumber REPUBLIKA.CO.ID,


--
ttd.


M. Alie Marzen

Jangan Anggap Enteng

Oleh Ustaz Yusuf Mansur

Seorang ibu, ketika agenda sosialisasi Indonesia Berjamaah, dengan
programnya Ekonomi Berjamaah, ditanya. "Apa ibu ada uang cash?"

Ibu itu menjawab sambil tersipu. Beliau tidak pede. Bisa ditebak. Sebab
beliau merasa uangnya tidak banyak. "Rp 500 ribu paling Ustadz," Kata ibu
ini sambil tersenyum malu.

Saya kemudian mengingatkan ibu ini dan jamaah semua, jangan anggap enteng
duit Rp 500 ribu itu. Benar tidak cuma Rp 500 ribu? Duit itu di bank ada
jutaan orang yang duitnya Rp 500 ribu. Bila 10 juta orang?
5.000.000.000.000. Atau senilai lima Triliun Rupiah.

Apa artinya lima Triliun Rupiah itu? Rp 5 T itu buesar dan buanyak
buanget. Satu hotel bintang dua, dengan kira-kira 50-100 kamar, kira-kira
Rp 40-50 milyar.

Itu berarti 100 hotel. Malah dengan skema DP duluan, kerja-kerjasama,
maka bisa bangun 300-500 hotel. Bila satu hotel 50-100 karyawan, itu
artinya puluhan ribu orang bisa bekerja. Subhaanallaah.

Apa artinya Rp 5 Triliun? Satu pesawat boeing 737-500 dengan engine baru,
interior baru, plus beberapa cost operasional awal, kira-kira Rp 75
miliar.

Anggap Rp 100 Miliar. Maka duit ibu tadi, yang bergabung dengan 10 juta
ibu-ibu yang lain, dapat 50 pesawat. Padahal, satu maskapai yang sudah
berusia 10 tahun di Indonesia, baru punya 38 pesawat.

Dan uang itu bisa dipecah-pecah jadi berbagai usaha strategis,
menguntungkan, aman, dan safety. Bisa masuk ke industri rumah sakit,
farmasi, pertanian, perkebunan, properti besar lain, dll.

Apalagi, kenyataan, belum tentu uang ibu ini hanya Rp 500 ribu. Belum
tentu. Ibu ini ternyata pake gelang, cincin, kalung, dari emas. Nilainya
kira-kira Rp 2-5 jutaan plus tabungan kira-kira Rp 5 juta. Itu uang cash.

Belum lagi motornya. Belum lagi suaminya, mungkin juga anaknya. Ibu ini
punya anak, yang kalau dilucuti emasnya, ya ada juga Rp 500 ribu sampai
Rp 1 juta atau Rp 2 juta.

Iseng saya paparkan, ternyata secara bercanda, dari model ibu seperti
yang saya tanya, bisa dapat Rp 55 Triliun. Artinya apa? Sektor ekonomi
akan bergerak. Ekonomi riil.

Dan dengan spirit gotong royong, potensi dana ibu ini, tidak dipakai
untuk membiayai orang-orang kaya hingga semakin kaya, tapi ibu ini dan
jutaan orang lain, akan mendapatkan peluang lebih dari kekuatan dananya.

Yusuf Mansur tidak punya teori kebanyakan. Cuma melihat potensi ini, dan
mengajak kawan-kawan untuk bersatu, bergerak, dan menggerakkan.

Dan kita tetap bisa bekerjasama dengan yang lain. Hanya, dalam keadaan
kita bukan lagi sebagai obyek. Tapi sudah setara. Sama-sama punya peluang
dan kesempatan. Insya Allah berkah.

Maka tidak salah jika saya menyeru diri saya dan sebanyak-banyaknya
orang, bersatulah. Berjamaahlah. Insya Allah kita akan jadi kuat dan bisa
punya peran dan manfaat lebih.

Redaktur : Damanhuri Zuhri
Sumber Minggu, 01 September 2013,
REPUBLIKA.CO.ID,

--
ttd.


M. Alie Marzen

Menanti Pemimpin Rabbani

Oleh M Husnaini

Kisah tentang Said bin Amir Al-Jumahi begitu populer. Gubernur Homs,
Suriah, pada masa Khalifah Umar bin Khattab itu memang sosok pemimpin
yang disegani dan dicintai rakyatnya. Tidak tersisa ruang di hati dan
pikirannya kecuali urusan kemajuan rakyat yang dipimpinnya. Tidak heran,
Khalifah Umar bin Khattab sangat menaruh hormat kepadanya.

Tidak lama setelah melantik Said menjadi gubernur, Umar berkunjung ke
Homs untuk memantau keadaan. Tentu saja kedatangan Umar disambut gembira
oleh seluruh penduduk Homs. Mereka lalu bergantian menyalaminya. Tetapi,
tiba-tiba Umar dikejutkan dengan pengaduan sejumlah penduduk Homs perihal
Said. "Bagaimana dengan gubernur kalian"? tanya Umar.

"Dia tidak keluar kepada kami kecuali ketika siang sudah naik," kata
salah seorang di antara mereka. "Dia tidak mau menerima tamu di malam
hari," protes orang kedua. "Dia tidak keluar menemui kami sehari dalam
setiap bulan," kata yang lain.

Sebagai pemimpin yang bijak, Umar kemudian mengklarifikasi semua keluhan
kepada Gubernur Said. "Apa jawabanmu, Said?" Said diam sejenak kemudian
berkata, "Demi Allah, aku sebenarnya tidak suka mengatakan ini. Tetapi
memang harus dikatakan. Keluargaku tidak punya pembantu. Setiap pagi aku
menyiapkan adonan, dan menunggunya sampai mengembang untuk aku jadikan
roti buat mereka, kemudian aku berwudhu dan keluar menemui masyarakat."

"Lantas bagaimana penjelasanmu tentang keluhan kedua?" kata Umar. Said
menjawab, "Sebenarnya aku juga tidak ingin mengatakan ini. Sesungguhnya
aku jadikan siang hari untuk mereka, dan malam hari untuk Allah."

"Tanggapanmu terhadap keluhan ketiga?" lanjut Umar. "Demi Allah, aku juga
malu mengatakan ini. Aku tidak punya pakaian selain yang melekat di
tubuhku ini. Karena itu, aku mencucinya sekali dalam sebulan, dan
menunggunya sampai kering, baru kemudian aku keluar di sore hari."

Subhanallah. Mungkinkah masih ada pemimpin di zaman sekarang yang mau dan
mampu meneladani sosok Gubernur Said? Kesederhanaannya sungguh luar
biasa, kedekatannya dengan umat sukar dicari tandingannya, tetapi dia
tetap memiliki jeda waktu untuk berintim dengan Tuhan. Itulah pemimpin
hebat dalam arti sebenarnya. Sosok demikian saya sebut sebagai Pemimpin
Rabbani.

Pemimpin Rabbani tidak hanya menjalin relasi baik dengan umat, tetapi
juga selalu meluangkan waktu untuk membangun hubungan intim dengan
Tuhannya. Hatinya lembut dan gampang tersentuh oleh kondisi umatnya.
Sudah pasti, pemimpin yang paling Rabbani adalah Rasulullah SAW,
sebagaimana ditegaskan Allah dalam Al-Qur'an surat At-Taubah ayat 128.

"Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, terasa
berat olehnya penderitaan kamu, sangat menginginkan keimanan dan
keselamatan bagi kamu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap
orang-orang mukmin." (QS At-Taubah: 128).

Rasulullah memang teladan paling paripurna dalam segala perilaku
kehidupan. Sebagaimana pribadi panutan ini, Pemimpin Rabbani tidak akan
berani menyakiti hati umat, karena dia tahu bahwa Tuhan pasti marah.
Sebaliknya, dia ogah jauh-jauh dari Tuhan, karena dia paham bahwa jauh
dari Tuhan akan merugikan umatnya.

Kita susah menemukan sosok pemimpin demikian di zaman modern ini. Di
antara seribu orang, boleh jadi hanya ada satu. Setelah kita temukan,
sosoknya pasti juga masih kalah populer dengan pemimpin-pemimpin memble
yang hanya bermodal tampang dan ketenaran. Media pasti juga kurang
tertarik untuk memberitakan kiprah pemimpin yang miskin dana untuk iklan,
sekalipun dia sangat inspiratif dan mencerahkan.

Selain itu, Pemimpin Rabbani memang tidak doyan unjuk tampang, meskipun
dia selalu mencetuskan terobosan-terobosan brilian. Waktunya habis untuk
memikirkan cara memecahkan persoalan keumatan ketimbang berjualan diri
lewat iklan. Itulah sebabnya, setiap pikiran, ucapan, dan tindakan
Pemimpin Rabbani benar-benar lahir dari ketulusan, bukan dari kepongahan
intelektual, apalagi sekadar ingin meraup keuntungan.

Sementara kebanyakan pemimpin kita sekarang hanya sekumpulan orang yang
sangat berhasrat untuk menduduki jabatan mapan dan posisi terpandang.
Boleh jadi mereka cerdas dalam berolah pikiran dan ucapan, karena
memiliki gelar pendidikan. Tetapi mereka minus keautentikan. Terkadang
malah sama sekali tidak punya bekal kepemimpinan, tetapi nekat
mencalonkan. Sosok demikian jelas tidak akan mampu menjawab persoalan,
apalagi dekat dengan umat dan Tuhan.

Semua janji yang diobral ketika mencalonkan menguap begitu saja ketika
sudah berhasil menduduki kursi jabatan. Kepemimpinan yang merupakan
amanah bukan lagi dianggap sebagai beban, melainkan dirasakan sebagai
keberuntungan, sehingga pantas menggelar perayaan dan menerima ucapan
selamat dari segenap keluarga dan rekan. Lihatlah fenomena demikian pada
setiap pemilihan pemimpin, mulai Pilkades hingga Pilpres.

Bangsa ini memang sedang dilanda krisis pemimpin harapan. Mereka yang
seharusnya dapat berperan mengamankan nasib rakyat justru memiliki andil
paling besar dalam mengenyahkan martabat, nyawa, dan harta benda rakyat.
Di tengah situasi demikian, kehadiran Pemimpin Rabbani sangat kontekstual
diharapkan untuk mengatasi carut marut kondisi politik yang semakin
menjadikan bangsa dan negara nelangsa.


Redaktur : Heri Ruslan
Selasa, 03 September 2013,
Sumber REPUBLIKA.CO.ID,

--
ttd.


M. Alie Marzen

Hikmah : Istri shalehah yang cerdas

Oleh: Moch Hisyam

Dalam riwayat Imam Muslim diceritakan, "Suatu hari anak Abu Thalhah dari
(ibu) Ummu Sulaim meninggal dunia. Lalu, Ummu Sulaim berkata kepada
keluarganya, 'Jangan kalian bercerita kepada Abu Thalhah perihal anaknya
itu. Biar aku sendiri yang akan menceritakan kepadanya."

Begitu Abu Thalhah datang dari suatu bepergian, Ummu Sulaim menghidangkan
santap makan malam kepadanya. Setelah Abu Thalhah makan dan minum dengan
puas, Ummu Sulaim pergi ke kamar untuk bersolek secantik mungkin. Abu
Thalhah pun mempergaulinya sebagaimana pasangan suami-istri.

Setelah melihat suaminya merasa kenyang dan terpuaskan, Ummu Sulaim
berkata penuh kelembutan, "Wahai Abu Thalhah, bagaimana menurutmu jika
ada satu kaum meminjamkan barangnya kepada suatu keluarga, misalnya,
kemudian mereka meminta kembali barang yang dipinjamkan tersebut, apakah
keluarga tersebut dibenarkan menolaknya?"

Abu Thalhah menjawab, "Tidak." Ummu Sulaim berkata, "Kalau begitu
tabahkanlah hatimu dengan kematian anakmu." Mendengar hal itu, karuan
saja Abu Thalhah menjadi marah, seraya berkata, "Kamu biarkan aku
menikmati pelayananmu sehingga aku terpuaskan dengan layananmu. Setelah
itu, baru kamu memberitahukan aku tentang anakku."

Keesokkan harinya, Abu Thalhah pun pergi menemui Rasulullah SAW dan
menceritakan apa yang telah terjadi. Mendengar apa yang diceritakan Abu
Thalhah, Rasulullah pun bersabda kepadanya, "Semoga Allah memberi berkah
kepadamu berdua di malam yang telah kalian lewati itu." Kemudian, Ummu
Sulaim pun hamil.

Demikianlah, gambaran akan kesalihan dan kecerdasan Ummu Sulaim sebagai
istri dari Abu Thalhah. Kesalihan dan kecerdasannya terlihat dari
beberapa hal.

Pertama, bagaimana kesabarannya dalam menghadapi kematian anaknya. Kedua,
bagaimana Ummu Sulaim lebih mementingkan keridhaan suaminya ketimbang
kesedihannya.

Ketiga, bagaimana kelembutannya dalam menyampaikan berita kematian
anaknya kepada suaminya. Dan, keempat, bagaimana ia berusaha tampil
memesona di depan suaminya untuk melanggengkan jalinan keluarga dan kasih
sayang di antara keduanya.

Dengan demikian, istri yang salihah lagi cerdas adalah istri yang selalu
taat kepada Allah dan Rasul-Nya, taat kepada suaminya selama tidak
bertentangan dengan perintah Allah SWT, menyenangkan suaminya ketika ia
dipandang olehnya, menjaga diri dan harta suaminya bila suaminya pergi,
dan berpikir, bertutur, serta bersikap cerdas.

Sebagai seorang Muslimah dan istri, kisah di atas harus menjadi renungan
dan keteladanan agar menjadi istri yang salihah lagi cerdas. Sebab, kisah
di atas mengandung teladan yang realistis bagi kaum Muslimah dan istri
yang salihah tentang kecerdasan yang tinggi dan akalnya yang cemerlang.

Ketika seorang Muslimah mampu menjadi istri salihah lagi cerdas ,akan
menjadikan dirinya mendapatkan keridhaan Allah SWT, Rasul-Nya, dan
keridhaan dari suaminya. Semua itu akan mengantarkannya meraih
kebahagiaan di dunia dan di akhirat serta kelak dimasukkan ke surga.

Untuk itu, teladanilah kisah di atas dan pelajarilah terus bagaimana
menjadi istri yang salihah lagi cerdas. Berusahalah untuk
mempraktikkannya serta bermohonlah kepada Allah SWT agar diberi kemampuan
untuk menjadi istri yang salihah serta memiliki kecerdasan.


Redaktur : Damanhuri Zuhri

sumber REPUBLIKA.CO.ID.
Selasa, 03 September 2013,

--
ttd.


M. Alie Marzen

Hikmah : Pentingnya sikap disiplin

Oleh M Husnaini

Di antara ajaran mulia yang sangat ditekankan dalam Islam adalah
disiplin. Disiplin merupakan salah satu pintu meraih kesuksesan.
Kepakaran dalam bidang ilmu pengetahuan tidak akan memiliki makna
signifikan tanpa disertai sikap disiplin.





Sering kita jumpai orang berilmu tinggi tetapi tidak mampu berbuat banyak
dengan ilmunya, karena kurang disiplin. Sebaliknya, banyak orang yang
tingkat ilmunya biasa-biasa saja tetapi justru mencapai kesuksesan luar
biasa, karena sangat disiplin dalam hidupnya.





Tidak ada lembaga pendidikan yang tidak mengajarkan disiplin kepada anak
didiknya. Demikian pula organisasi atau institusi apapun, lebih-lebih
militer, pasti sangat menekankan disiplin kepada setiap pihak yang
terlibat di dalamnya. Semua pasti sepakat, rencana sehebat apapun akan
gagal di tengah jalan ketika tidak ditunjang dengan disiplin.





Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disiplin adalah ketaatan
atau kepatuhan terhadap peraturan. Ketaatan berarti kesediaan hati secara
tulus untuk menepati setiap peraturan yang sudah dibuat dan
disepakatibersama. Orang hidup memang bukan untuk peraturan, tetapi
setiap orang pasti membutuhkan peraturan untuk memudahkan urusan hidupnya.





Analoginya sederhana. Kita bisa perhatikan pentingnya peraturan itu dalam
lampu lalu lintas. Ketaatan setiap pengendara terhadap isyarat lampu
lintas jelas membuat kondisi jalan menjadi tertib dan aman. Bayangkan
ketika masing-masing pengendara mengabaikan peraturan berupa isyarat
lampu lalu lintas itu. Pasti kondisi jalan akan kacau, macet, dan bahkan
memicu terjadinya kecelakaan.





Contoh di atas tentu bisa ditarik ke dalam ranah kehidupan yang lebih
luas. Tegasnya, disiplin sangat ditekankan dalam urusan dunia, dan
lebih-lebih urusan akhirat. Tidak heran jika Allah memerintahkan kaum
beriman untuk membiasakan disiplin. Perintah itu, antara lain, tersirat
dalam Al-Qur'an surat Al-Jumuah ayat 9-10.





"Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian diseru untuk menunaikan
shalat Jum'at, maka bersegeralah untukmengingat Allah dan tinggalkanlah
jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagi kalian jika kalian
mengetahui.Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kalian di
muka bumi, dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kalian beruntung." (QS Al-Jumuah: 9-10).





Menurut ayat di atas, keberuntungan akan kita raih dengan disiplin
memenuhi panggilan ibadah ketika datang waktunya dan kembali bekerja
ketika sudah menunaikan ibadah. Bukan hanya urusan dagang yang harus
ditinggalkan ketika sudah tiba waktu shalat. Sebab, menurut para mufasir,
ungkapan "Tinggalkanlah jual beli" dalam ayat itu berlaku untuk segala
kesibukan selain Allah. Dengan kata lain, ketika azan berkumandang, maka
kaum beriman diserukan untuk bergegas memenuhi panggilan Allah itu.





Meskipun demikian, bukan berarti kaum beriman harus terus menerus larut
dalam urusan ibadah saja. Ayat di atas juga memerintahkan supaya kaum
beriman segera kembali bekerja setelah menunaikan ibadah. Dengan
demikian, disiplin harus dilakukan secara seimbang antara urusan akhirat
dan urusan dunia. Tidak dibenarkan mementingkan yang satu sambil
mengabaikan yang lain.





Disiplin yang dilakukan secara seimbang antara urusan ibadah dan kerja,
akhirat dan dunia, itulah yang akan mengantarkan kaum beriman kepada
kesuksesan. Perintah untuk menyeimbangkan antara urusan akhirat dan dunia
juga dapat ditemukan dalam Al-Qur'an surat Al-Qashash ayat 77.





"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan jatahmu dari kenikmatan
dunia, dan berbuat baiklah kamu kepada orang lain sebagaimana Allah telah
berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi.
Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan." (QS
Al-Qashash: 77).





Kita juga bisa cermati ajaran disiplin dalam perintah shalat jamaah.
Kewajiban shalat wajib lima waktu selama sehari semalam sangat dianjurkan
untuk dikerjakan secara berjamaah. Menurut keterangan Rasulullah SAW,
nilai pahala shalat wajib secara berjamaah adalah dua puluh tujuh derajat
dibanding shalat sendirian. Dari sini, dapat dipahami jika sebagian ulama
kemudian menghukumi shalat jamaah sebagai sunnah muakkadah, sementara
sebagian ulama lain menghukuminya wajib.





Shalat jamaah jelas membutuhkan disiplin. Karena, umumnya shalat jamaah
dikerjakan bersama-sama di masjid atau langgar tidak lama setelah azan
berkumandang yang diikuti dengan iqamah. Dengan demikian, jika ingin
mengikuti shalat jamaah, maka kita harus segera meninggalkan kesibukan
setelah mendengar azan. Shalat jamaah di masjid atau langgar itu
dikerjakan tepat waktu. Kalau kita masih saja ruwet dengan segala tetek
bengek dunia, sementara azan sudah berkumandang, dipastikan kita akan
ketinggalan, atau malah tidak mendapati shalat jamaah sama sekali.





Belum lagi tradisi i'tikaf atau berdiam diri ketika menunggu shalat
jamaah dimulai. Ditambah tradisi berzikir setelah shalat jamaah selesai.
Tanpa disiplin waktu yang bagus, mustahil kita dapat melakukan semua itu.
Membiasakan disiplin dalam segala urusan secara seimbang itulah yang akan
menjadikan hidup kita indah, tertata, dan diliputiberkah.

Redaktur : Heri Ruslan

Sumber www.republika.co.id


--
ttd.


M. Alie Marzen

Hikmah : Biar Saya yang Bayar

Oleh Prof Dr Yunahar Ilyas

Setelah selesai shalat 'Isya dan sunnah ba'diyah, sebagian besar jamaah
Masjidil Haram berbondong-bondong ke luar. Ada yang langsung pulang ke
pondokan dan ada juga yang mampir dulu di pusat-pusat perbelanjaan di
sekitar masjid.

Pengunjung pusat-pusat perbelanjaan masih tetap ramai, walaupun sebagian
jamaah haji sudah pergi meninggalkan Makkah, pulang ke Tanah Air
masing-masing atau ziarah ke Madinah.

Di antara kerumuman para pembeli di salah satu pusat perbelanjaan itu
terdapat Pak Muhsin dari Indonesia. Dari tadi dia sudah beberapa kali
membolak balik sebuah sajadah buatan Suriah.

Dia sangat menyenanginya, tetapi sayang uangnya tidak cukup. Ini malam
terakhir dia di Makkah, karena besok siang kloternya akan ke Jeddah untuk
selanjutnya terbang kembali ke Tanah Air.

Sajadah buatan Suriah itu sangat bagus, tetapi sayang sekali uangnya
tidak cukup. Dengan berat hati dia pergi meninggalkan toko sajadah itu.

Walaupun Pak Muhsin sudah menjauh dari toko tersebut, tetapi pikirannya
kembali melayang ke sana. Setelah memutari lantai dasar pusat
perbelanjaan itu satu putaran, langkah kakinya kembali menuju toko
sajadah itu.

Tangannya kembali memegangi sajadah itu sambil memegang uangnya yang
tidak cukup itu. Tanpa disadarinya seorang Arab yang juga sedang
memilih-milih sajadah di toko itu memperhatikannya.

Begitu sajadah itu dia letakkan, tiba-tiba saja orang Arab itu mengambil
sajadah pilihan Pak Muhsin, lalu membayarnya dan menyerahkannya kepada
Pak Muhsin sambil berkata: "Hadiah, hadiah…tafadhdhal!". Pak Muhsin
sangat senang sekaligus terharu.

Sampai di Tanah Air, peristiwa itu selalu dia kenang, apalagi setiap dia
melihat sajadah hadiah dari orang Arab yang tidak dia kenal itu. Dia
ingin melakukan hal yang sama.

Dia ingin membahagiakan orang-orang yang sangat menginginkan suatu
barang, tetapi tidak sanggup membayarnya. Tentu saja bukan barang-barang
yang mahal harganya.

Demikianlah, pada suatu hari, setelah melaksanakan shalat Zhuhur
berjamaah di sebuah masjid, dia mampir ke toko buku kecil di samping
masjid langganannya.

Pada saat dia sedang melihat-lihat buku tentang Islam terbitan terbaru,
tiba-tiba matanya tertuju kepada seorang paroh baya yang sedang
memegang-megang sebuah buku tanya jawab agama. Buku itu semua enam jilid.

"Pak, apakah nanti ba'da Maghrib masih buka?" tanyanya kepada penjual
buku. Penjual buku menjelaskan pukul 16.00 tokonya akan tutup.

"Bapak kembali besok pagi saja." Kata penjual buku itu. "Wah sayang
sekali besok pagi saya sudah kembali ke daerah", kata calon pembeli buku
itu sambil beranjak pergi pelan-pelan.

Pak Muhsin kembali ingat peristiwa di Mekkah tempo hari. Segera saja dia
bilang sama penjual buku: "Panggil Bapak itu kembali, dan serahkan buku
itu sebagai hadiah. Biar saya yang bayar".

Bapak dari daerah itu kaget dan senang, tidak dia duga ada yang berbaik
hati mau membayarkan enam jilid buku yang diinginkannya. Buku tanya
jawab agama ini sangat dia perlukan dalam berdakwah di daerah.

Pak Muhsin dapat merasakan kebahagiaan bapak yang tidak dia kenal itu,
seperti kebahagiaanya waktu di Makkah dulu.









Redaktur : Damanhuri Zuhri
Rabu, 04 September 2013, 11:22 WIB

Sumber















Nonang/Republika




sajadah


A+ | Reset | A-






REPUBLIKA.CO.ID,

--
ttd.


M. Alie Marzen

Insya Allah Segalanya Ada Jalan

Oleh HM Rizal Fadillah

Ketika kau tak sanggup melangkah
Hilang arah dalam kesendirian
Tiada mentari bagai malam yang kelam
Tiada tempat untuk berlabuh
Bertahan terus berharap Allah selalu di simu".
"Insya Allah, Insya Allah, Insya Allah ada jalan". (syair lagu Maher
Zain)

Rasa yakin akan dekatnya pertolongan Allah tidaklah mudah. Sering masalah
yang ada ditanggapi dengan jiwa yang frustrasi. Tak ada harapan.
Seolah-olah dirinya adalah orang yang paling malang dalam kehidupan.
Bagai syair lagu Hamdan ATT "Aku merasa orang termiskin di dunia//Yang
penuh derita bermandikan air mata".

Ketika sakit , dia merasakan seolah olah tak ada orang lain yang lebih
menderita selain dirinya. Ketika usaha jatuh dan dililit hutang, ia pun
mengeluh betapa pedih kehidupan ini. Ketika berurusan dengan masalah
hukum, Allah didakwa telah menganiaya dirinya. Mengapa yang lain yang
melakukan hal yang sama ternyata dapat selamat dari jerat hukum, lalu
berteriak "Di mana keadilan?"

Bagi orang yang beriman tentu segala kesulitan ada hikmah dan maknanya.
Sakit dapat menjadi penghapus dosa dan penambah pahala. Usaha bangkrut
dapat menjadi penguat mental untuk bangkit untuk keberuntungan yang lebih
besar. Begitu juga hukuman adalah pintu taubat agar kelak menjadi hamba
yang lebih waspada dan banyak beramal.

Kita ingat ucapan dan doa Nabi Ayub saat ditimpa sakit berat yang
menyedihkan, harta habis dan dihinakan, ditinggal sendirian oleh teman,
kerabat, serta sanak keluarga. Istrinya pun hengkang. Beliau berkata,
"Sungguh aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau Maha Pengasih dan Maha
Penyayang" (QS AL Anbiyaa 83).

"Wa anta arhamur roohimiin" Engkau yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
!. Ini adalah kalimat yang menghidupkan cahaya lampu di kegelapan malam.
Menjadi pengangkat harkat dari jurang yang dalam. Menjadi penuntun
langkah kaki yang terseok-seok dan jatuh bangun. Allah lah pemberi jalan,
bukan yang lain. "Adakah yang lain yang mengabulkan permohonan orang yang
ditimpa kesulitan ketika berdoa, meghilangkan keburukan, dan menjadikan
kalian sebagai khalifah di bumi? Adakah Tuhan selain Allah? Sedikit
sekali yang ingat" (QS An Naml 62).

Sesulit apapun yang dirasakan, prasangka kepada Allah harus tetap
positif, karena Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Diawali dengan
prasangka baik terhadap apa yang menimpa kita, dilanjutkan dengan
kesungguhan berikhtiar di jalan-Nya, insya Allah ada jalan.

"Barangsiapa bersungguh-sungguh (berikhtiar) dijalan Kami, maka Kami
akan tunjukan jalan-jalan-Nya dan sesungguhnya Allah bersama orang-orang
yang berbuat baik" (QS Al Ankabuut 69).

Dari Al Fudhail bin Iyadl, syaikhul Haram Al Makki, ia berkata ada
keluarga yang terhimpit kesulitan hidup menjual alat tenun barang
berharga terakhir milik mereka. Suaminya sepulang menjual barang seharga
satu dirham tersebut bertemu dengan dua orang yang sedang bertengkar
hebat.

Ketika ia bertanya "Ada apa?" Orang menyampaikan bahwa keduanya sedang
memperebutkan uang satu dirham! Maka ia berikan uang hasil penjualan alat
tenunnya. Kini ia tak memiliki apa-apa lagi.

Sesampai di rumah dikabarkan kepada istrinya peristiwa yang terjadi.
Meski kecewa tapi istrinya memahami dan bersabar. Dikumpulkan perkakas
rumah tangga sederhana yang masih tersisa, lalu dibawa suaminya untuk
dijual kembali, ternyata kemana-mana tidak laku.

Kemudian ia berpapasan dengan laki-laki yang membawa ikan yang menebar
bau busuk. Orang itu berkata kepadanya, "Engkau membawa sesuatu yang tak
laku demikian juga dengan aku, maukah kita bertukar barang dagangan?"
Lalu iya mengiyakan.

Sesampai d irumah, diminta istrinya untuk bertawakal kepada Allah dan
segera memasak. "Istriku, segera masaklah ikan busuk ini, kita hampir tak
berdaya karena lapar!"

Namun apa yang terjadi ketika istrinya membelah ikan tersebut, dari
perutnya keluar benda yang ternyata itu adalah mutiara. Dibawanya ke
tempat kawannya seorang pedagang perhiasan, ternyata kawannya tersebut
berani membeli mutiara itu dengan harga empat puluh ribu dirham!.

Turn to Allah He's never far away
Put your trust in Him, raise your hands and pray
Insya Allah we'll find our way.....
We'll find our way.
Insya Allah, insya Allah ada Jalan!






Redaktur : Heri Ruslan
sumber : REPUBLIKA.CO.ID,

05 September 2013

Cara Mempersatukan Umat Islam Secara Sederhana

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh,

Oleh M. Ashabus Samaaun
Narator M. Alie Marzen


Sebelumnya mohon maaf bila judul ini terkesan membingungkan atau malah membuat anda penasaran. Perpecahan Umat islam hari ini adalah masalah yang paling momok dalam perjuangan umat islam menegakkan kedamaian dimuka bumi. Sebenarnya masalah itu bukan berasal dari agama tapi berasal dari umat islam sendiri yang menuruti emosional dan ego masing masing. masing-masing merasa benar sendiri sambil menjelek-jelekan golongan yang lain. Sebenarnya masalah umat islam itu kebanyakan sepele, namun umat islam saling menyikapi dengan idealisme dan sikap berlebihan. Sehingga percikan api kecil menjadi besar. Semacam sholat subuh yang ini pakai qunut yang itu tidak ternyata hal itu sudah menjadi bahan perselisihan tanpa ujung. Padahal itu adalah masalah fikih bukan masalah pokok (aqidah). sebenarnya kalau ditinjau dari pemahaman yang benar, ibadah terserah masing-masing mau ikut mazhab yang mana tetapi yang penting lurus niat karena Allah. itu sudah cukup meminimalisir perselisihan umat islam hari ini jika tiap golongan mau berpikir seperti itu.

Mengenai hal itu Ada sebuah nasehat yang inspiratif dari Bpk. Ust. Ashabus Samaaun tentang hal ini :
"Masalah umat islam hari ini sebenarnya sepele,  semacam beda warna pakaian, karena perselisihannya tidak menyangkut masalah akidah, hanya masalah fikih. Jika mereka mau bersatu sebenarnya itu mudah, tidak usah banyak dalil nanti malah keblinger sendiri ! Solusinya hanyalah CARI PERSAMAANYA BUKAN CARI PERBEDAANNYA. ya memang manusia itu dari wajahnya otomatis tiap individu berbeda apalagi masalah agama. misalnya kita cari persamaannya semacam kita sama-sama manusia makhluk Allah, Kita sama-sama umat islam, kita sama-sama makan pernah berbuat salah, kita sama-sama pendosa, kita sama-sama makan nasi, kita sama sama mengeluarkan kotoran dan sebagainya. Sehingga tidak timbul rasa bangga diri yang merupakan otak perpecahan itu sendiri. Apakah Ide ini cukup logis menurut anda? jika kurang puas silahkan koment dibawah postingan ini :). hehehe.

4 langkah menjadi seorang “Leader/Modelman Muslim”

Oleh : M. Ashabus Samaa'un

Ada  sebuah  catatan  menarik  dari  pertemuan  antara  Anis  Matta  dan  Dr.  Boyke. Dari  beberapa  kalimatnya,  Dr.  Boyke  berkata,  "Saya  baru  bertemu  ustadz  seperti  ini. Ternyata dalam Islam ada juga yang seperti ini!" Ungkapan yang terakhir, ada anggapan bahwa  seolah-olah  Islam  hanya  mengurusi  bagaimana  cara  orang  masuk  surga  dengan ibadah-ibadah mahdhoh. Islam  lebih  dari  itu,  bahkan  mungkin  di  luar  bayangan  orang-orang  yang  sudah mengenal Islam sekalipun. Proses pengembangan diri dalam kacamata Islam diilhami akan adanya  rekonstruksi  (pembangunan  ulang)  dari  manusia-manusia  yang  berada  di  zaman pasca  keberadaan Rasulullah  di  medan  revolusi  peran  manusia  di  dunia.  Dalam  kondisi perubahan peradaban manusia, diperlukan         kekuatan-kekuatan yang  dapat mengimbanginya. Konsep-konsep pengembangan  diri yang dalam Agama  Islam berorientasi  pada  pembentukan  pribadi  Muslim  yang  berkarakter  kuat,  lahir  sebagai "manusia baru" yang membawa pencerahan pada peradaban Islam.

Dalam hal itu terdapat 4 hal penting dalam membentuk diri sebagai seorang calon model (panutan) bagi umat manusia khususnya umat islam. Yaitu :

Pertama, Untuk  menjadi  manusia Muslim  yang  bisa  diandalkan  pada  abad  ke-21  harus  memenuhi  tiga  kualifikasi,  yaitu afiliasi, partisipasi, dan konstribusi.

Afiliasi adalah kita memahami dengan baik mengapa kita  memilih  Islam  sebagai  agama  dan  jalan  hidup.  Dengan  afiliasi,  manusia  diharapkan mempunyai  kecenderungan  terhadap  sesuatu,  yaitu  wilayah  nilai  Islam  sehingga  dapat menjadi  pribadi  yang  saleh.  Saleh  secara  pribadi  dapat  dibentuk  melalui  komitmen terhadap akidah, metodologi, dan sikap/akhlak. Setelah dapat saleh secara pribadi  memberikan  kualifikasi  partisipasi.  Dalam  hal  ini,  manusia  dapat  mensalehkan orang lain karena dia sudah bisa mensalehkan pribadinya. Kualifikasi yang terakhir adalah konstribusi, yaitu manusia Muslim abad ke-21 haruslah mempunyai spesialisasi dalam satu bidang keilmuan/profesi. Spesialisasi yang dimaksud adalah spesialisasi dalam pemikiran, kepemimpinan, profesional, dan keuangan.

Kedua, Selanjutnya untuk menjadi model manusia abad ke-21 kita perlu memiliki konsep diri yang jelas.

Sehingga kita akan mempunyai orientasi yang jelas  dalam  melakukan  pengembangan  diri.  Dalam  pengenalan  diri  ini,  mengambil ungkapan Ibnul Qoyyim bahwa untuk mengenal diri diperlukan pengetahuan tentang Ma'rifatulläh dan Ma'rifatunnäs . Dengan kedua pengetahuan ini manusia mempunyai orientasi/tujuan hidup, dan mengetahui cara mencapainya. Tingkatan konsep diri  adalah aku diri (di sini manusia memandang dirinya apa adanya seperti yang dia pahami); aku sosial (pada tingkatan ini manusia adalah sesuai anggapan orang lain); dan aku ideal (yaitu tingkatan dimana manusia pada kondisi seperti yang dia inginkan). Untuk  menjadi  manusia  Muslim  abad  ke-21  yang  secara  otomatis  telah  melalui  'seleksi   alam'  kita   perlu   merencanakan   pengembangan diri.  Sehingga tantangan- tantangan dakwah sekeras dan seberat apa pun dapat diatasi. Berbekal pemahaman akan diri dengan  berlandaskan  pada  pemahaman  syari'at  akan  melahirkan  kemampuan  untuk mengembangkan diri secara optimal. Mengambil Qur'an surat Al Hasyr ayat 18, yang berbunyi "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Bisa didefinisikannya sebagai perintah untuk merencanakan hari esok yang diiringi dengan ketakwaan sebagai landasan syar'i untuk melakukan pengembangan diri. Maksud Tafsir ayat ini secara tersirat adalah, "Ekspresi yang paling kuat dari bertakwa adalah merencanakan pengembangan diri kita untuk hari esok/masa depan".

Ketiga, Membuat Analisis Swot

Kemudian juga Analisis  SWOT  yang  biasa  digunakan  pelaku  manajemen  berlaku pula untuk  membuat  SWOT  pribadi.  Dengan analisis SWOT,  pribadi Muslim akan mengetahui titik kekuatan dan kelemahan sekaligus peluang untuk diambil dan ancaman yang harus diantisipasi. Hal  yang  cukup  berpengaruh  dalam  proses  pengembangan  diri  adalah  adanya motivasi  dan  kemauan  untuk  menujunya.  Bisa didefinisikan sebagai  kemauan  sebagai tenaga jiwa, sehingga untuk membangun kemauan kita 'hanya' butuh manajemen tenaga. Manajemen  itu  meliputi  bagaimana  kita  dapat  mengumpulkan  tenaga,  menggunakannya dan  mengembalikan  tenaga  yang  telah  dimanfaatkan  sebelumnya  sehingga  kita  dapat mengantisipasi hadirnya kejenuhan. Proses  pengembangan  diri  berlanjut  pada  mengembangkan  kemampuan  berpikir. Pikiran itu seperti  tanah.  Bibit yang Anda  tanam  didalamnya adalah  motivasi.  Yang  tumbuh dari bibit tersebut adalah perilaku. Anda tidak dapat sembarangan menanam bibit pada sembarang tanah.  Anda harus mengapling terlebih dahulu tanahnya dan mengetahui tanaman yang cocok untuk pikiran seperti ini.

Keempat, Melatih kemampuan berpikir cepat dan peka keadaan

Kita harus melatih kemampuan berpikir karena kemampuan  berpikir  merupakan  salah  satu  dari  nilai-nilai  dasar  untuk  menjadi orang  multidimensi  di  samping  mentalitas  yang  luar  biasa,  karakter  yang  seimbang,  dan kondisi  fisik  yang  mendukung.  Dengan  mengembangkan  kemampuan  berpikir,  manusia dapat hidup di mana-mana, terlepas dia sebagai juru dakwah, mahasiswa, pengusaha, atau bagian dari masyarakat. Kemudian juga seorang muslim tidak akan mempunyai sikap kepedulian jika kemampuan berpikirnya tidak berkembang dan hanya memikirkan keadaan sendiri. Oleh karena itu sikap berpikir secara cepat dalam memahami lingkungan sekitarnya adalah salah satu faktor besar untuk mendorong manusia melakukan amal shalih atau sebuah kepedulian kepada sesama yang membutuhkan. Selain itu dengan memahami keadaan sekitar dengan baik maka kita akan mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan dimasyarakat. Hal itu adalah salah satu faktor besar untuk memperoleh tempat untuk memperluas jangkauan sebagai seorang pendakwah atau pembangun umat.

Refrensi :

-          Buku Modelman muslim karya Anis Matta.

-          Jurnal almanar edisi 1 tahun 2004

Wallahu'alam

 

PENDIDIKAN ISLAM : MASALAH KENAKALAN REMAJA DAN SEKELUMIT SOLUSINYA

Oleh : Muhammad A. Samaa'un

MASALAH REMAJA

Remaja bukan anak-anak tetapi juga bukan orang dewasa. Mereka punya
pola pikir seperti orang anak-anak akan tetapi mempunyai kondisi
fisik dan emosional layaknya orang dewasa . Bisa diartikan begini jika
seorang remaja mempunyai masalah maka mereka merespon masalah itu
seperti orang dewasa seperti dengan indikasi stress bingung, pusing
mendramatisir dan sebagainya berbeda sekali dengan anak-anak jika
mereka terkena masalah mereka hanya bisa menangis dan sesudah itu
selesai seakan-akan tak pernah kena masalah. Namun berbeda dengan
remaja jika mereka terkena masalah lalu mereka tidak bisa
memecahkannya mereka akan frustasi, jika akhlak mereka tidak dibimbing
dengan agama yang benar maka pelampiasannya kedalam hal-hal yang
negatif seperti merokok, mabuk, mengkonsumsi narkoba,dsb. Biasanya ada
beberapa penyebab munculnya masalah yang akhirnya mempengaruhi
kehidupan remaja kita:
1. Tuntutan sekolah dan frustasi
2. Pikiran-pikiran dan perasaan negatif tentang diri sendiri.
3. Perubahan pada tubuh (fisik dan emosional)
4. Masalah dengan lingkungan dan teman sebaya atau mungkin semacam
teman dekat (pacar)
5. Perpisahan dan perceraian orang tua.
6. Penyakit kronis yang dialami.
7. Meninggalnya orang-orang yang disayangi.
8. Perpindahan ke komunitas yang baru.
9. Pindah sekolah.
10. Terlalu banyak aktivitas atau harapan-harapan yang terlalu tinggi.
11. Masalah finansial ( Ekonomi )keluarga.
12. 1001 masalah yang membebani jiwa mereka, sementara mereka tidak
mampu mengatasinya sendiri.


Beberapa remaja menjadi terbebani dengan berbagai masalah tersebut
diatas. Beberapa tindakan yang dilakukan remaja ketika mengalami
masalah:
• Mengasingkan diri.
• Lepas kontrol/melakukan tindakan kriminal
• Menyalahkan orang lain.
• Mudah menyerah
• Gampang Emosional



SOLUSI KENAKALAN REMAJA

Oleh karena terlalu maraknya tindakan kriminal dewasa ini dan 'tokoh
utamanya' adalah remaja. Maka tidak heran lagi semua masalah itu
sebenarnya berawal dari lingkungan keluarga yang tidak peduli dengan
keadaan mereka / sibuk dengan urusan bisnis, orang tua acuh tak acuh
dengan kondisi psikis mereka, belum lagi bekal ilmu agama yang sangat
kurang. Sebenarnya mereka melakukan tindakan kriminal bukanlah sebab
kemauan mereka. Mereka melakukan semua itu hanyalah sebagai
pelampiasan supaya mereka ada yang memperhatikan keberadaan mereka dan
peduli dengan nasib mereka. Istilahnya cari-cari perhatian walaupun
caranya salah. Karena dilingkungan keluarga mereka tidak mendapatkan
kasih sayang yang seharusnya. Sehingga mereka melakukan tindakan
kriminalisme sebenarnya hanyalah untuk mendapatkan perhatian dari
lingkungan mereka. Beberapa solusi yang mungkin bisa mengurangi angka
kriminal oleh para remaja dewasa ini adalah :

Pertama, Pembekalan Ilmu Agama. Ilmu agama sangat penting sekali untuk
membentuk mental dan kejiwaan manusia sehingga meluruskan perilaku
mereka sesuai fitrah yang dikehendaki Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu
bekal ilmu agama yang cukup sangat penting untuk membentuk kejiwaan
mereka sehingga mereka menjadi manusia bermental stabil dan bertakwa
kepada Allah SWT ketika menginjak usia dewasa kelak.

Kedua, Kemudian tak kalah pentingnya adalah perhatian dari kedua orang
tua kepada mereka, diharapkan supaya orang tua menjadi tempat curahan
uneg-uneg yang membelenggu benak mereka yang bila tak terarahkan akan
menjadi racun bagi pikiran mereka untuk kemudian menjadi pendorong
melakukan tindakan kriminal sebagai bentuk protes terhadap lingkungan
mereka yang tidak mau memperhatikan mereka. Menjadi orang tua itu
susah-susah gampang. Bagi mereka yang mempunyai anak remaja pasti
banyak mengeluh tentang kebandelan anak-anak mereka. Itu amat wajar.
Karena masa ini adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa
sehingga mereka bermental sangat labil dan mudah terpengaruh
emosional. Orang tua tidak perlu memaksa anak melakukan ini dan itu.
Hanya perlu diarahkan dan disadarkan pelan-pelan supaya ia mengerti
dan dapat meluruskan perilakunya dan terbiasa dengan hal-hal yang
baik. Tidak kalah penting adalah perhatian dan pendidikan islam sejak
dini dari lingkungan keluarga. Karena jika anak terbiasa dengan
ilmu-ilmu dan tradisi agama yang baik maka kelak ia remaja akan selalu
berpikir dua kali untuk melakukan hal yang sekiranya bertentangan
dengan agama. Pendidikan agama yang dimulai setelah anak menginjak
usia remaja maka itu akan lebih sulit dicerna pemikiran mereka. Karena
mereka berpikir bahwa kebebasan itu perlu mereka dapatkan karena
mumpung masih muda, mereka bahkan bisa menganggap agama itu hanya
sekedar 'ceramah' yang masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Itu
karena perkembangan emosional mereka jauh lebih besar daripada akal
pemikiran mereka. Sedangkan jika ilmu agama dibekalkan kepada anak
sejak dini maka insyaAllah ilmu agama akan menjadikan jiwanya lurus
sampai ia berumur dewasa kelak.

Ketiga, Partisipasi dari pihak-pihak sekolah dan tokoh masyarakat
sekitar untuk bisa memberi motivasi-motivasi yang berharga untuk
kehidupan mereka dan memberikan bekal ilmu dan akhlak yang cukup
kepada remaja. Kemudian juga diharapkan pihak sekolah dan masyarakat
mau meluangkan waktunya setelah jam pulang sekolah untuk memberikan
kegiatan-kegiatan ekstra yang bersifat mendidik jiwa sosial dan mental
mereka. Bahkan lebih penting lagi kajian-kajian agama yang mungkin
dapat memberikan solusi bagi masalah mereka.

Karena seperti kata pepatah "kejahatan terjadi karena niat dan
kesempatan". Umur seusia remaja adalah umur yang sangat banyak
lowongnya dibandingkan dengan sibuknya. Jika mereka mengalami
kebosanan maka yang terjadi menggunakan waktu lowong mereka untuk hal
yang menyimpang, mungkin mereka anggap itu hiburan padahal dampaknya
buruk bagi dirinya dan lingkungannya. Karena kita pahami seorang
remaja mempunyai mental pola pikir anak-anak namun respon emosionalnya
seperti orang dewasa sehingga mereka berpikir sekali saja untuk
melakukan sesuatu tanpa memandang sebab akibatnya.

Mengambil sebuah nasehat dari seorang ulama besar islam mengatakan
bahwa barangsiapa tidak tersibukkan waktunya untuk kebaikan maka
niscaya ia akan tersibukkan dengan hal-hal yang munkar atau minimal
hal yang sia-sia. Oleh karena masa remaja adalah sebuah masa paling
'indah' dan bahagia serta penuh kebebasan maka bila tidak terarahkan
dengan benar maka yang terjadi adalah mereka melampiaskan waktu mereka
yang lowong untuk hal yang tidak bermanfaat bahkan merusak diri
sendiri dan lingkungan sekitarnya. Manusia dikaruniai fisik yang kuat
dan masa yang bebas dan kehidupan yang paling senang (tanpa masalah)
adalah pada saat ia menginjak usia remaja. Akan tetapi semua itu hanya
terror bagi masyarakat bila moral remaja rusak. Oleh karena itu
seyogyanya kita umat islam peduli dengan masalah mereka. Karena mereka
adalah penerus umat islam untuk kedepannya.

Wallahu'alam


Refrensi berbagai sumber

Syair Islam : Dunia Anak Punah

DUNIA ANAK PUNAH
Oleh : Muhammad Ashabus Samaa'un
(Pembina majelis ashabul muslimin)


hai kawanku
tentang kerinduanku
dan tentang keluh kesahku
tentang masa lalu
pernah ku melihat
dunia yang tertinggal
dunia yang penuh
dengan kenangan
alam yang penuh kedamaian
dunia penuh kegembiraan
dunia bermain tanpa beban
dunia anti permasalahan
dunia anak-anak penuh keceriaan
adalah surga dunia yang penuh kebebasan
kini semua itu berganti dengan penjajahan
berganti dengan penindasan
kepada jiwa-jiwa polos
yang bersih dari syahwat dan dosa


akankah kita peduli
dengan dunia anak yang tlah pergi
akankah kita peduli
dunia yang penuh kegembiraan
Hilang ditelan globalisasi
akankah kita peduli
dunia anak-anak musnah
ditelan perubahan zaman
akankah kita biarkan
dunia yang penuh kebebasan
ditindas peradaban zaman
mengapa kita biarkan
dunia anak punah
bersama zaman edan


sadarkah... sadarkah dari mana kau berasal
bukankah dari dunia itu kau berasal
mengapa kau tidak pedulikan
dan lebih terlena dengan kemajuan zaman
yang merusak moral dan peradaban
yang memusnahkan jati diri bangsa ini

anak kecil dulu bernyanyi gembira ria
anak kecil sekarang doyan lagu cinta
anak dulu bermain boneka-bonekaan
atau gundu dan mainan layangan
anak sekarang mainan hape sambil galau sms-an
anak dulu habis mahrib rajin mengaji
anak sekarang santapannya televisi
setiap hari menyajikan gaya hidup gengsi
juga mengajari otak mesum dan anarki
apalagi yang udah kenal facebook
chatingan semalam suntuk
siangnya tidak belajar malah ngantuk


cobalah bertanya akibat semua itu
buah peradaban modernisasi jaman
kecil kecil dah tahu pacaran
kecil kecil dah tahu cium ciuman
kecil kecil dah tahu gitu gituan
anak kecil berotak mesum
masih kecil dah kaya brandalan
perilakunya tidak karuan
sungguh memprihatinkan
dunia anak tlah punah
dunia anak tlah musnah
Dunia anak telah pergi
dunia anak tinggal kenangan
dunia anak tinggal cerita
kini semua hilang
kini semua pergi
hilang bersama perubahan zaman
hilang bersama masa lalu
hilang bersama sang waktu
hilang bersama hancurnya moral
sungguh hal yang menyedihkan.


wallahu'alam

Syair Umum : Biarkan Ku Berjalan Sendiri

Biarkan Ku Berjalan Sendiri
Oleh : Muh. Alie Marzen

biarkan kuberjalaan
diatas kesunyian
biarkan aku melupakan kenangan
biarkan kuberjalan
diatas kedamaian
walau hanya
ditemani kesendirian

kusadari semua
kini telah berubah
segala indah kurasa telah pergi
segala kebersamaan
tlah hilang bersama
masa lalu tertinggal


Biarkan biarkan biarkan
kumenatap menatap bayangan
sambil melupakan semua
yang tlah pergi
takkan pernah aku
ingat lagi
semua yang terjadi

Kutakpernah berharap
dirimu kan kembali
hingga sampai nanti
biarkan kusendiri
kutak pernah berharap
seorangpun kan mengerti
segala kisah hidupku ini
aku adalah sang penyendiri
di tengah kehidupan gelap gulita ini




ttd.
M. Alie Marzen
(Admin situs ashabul-muslimin.tk)

Blog Archive

Download Ebook Islam Terlengkap

Statistik

.