Motto "Lestarikan Budaya Luhur Islam"

01 Oktober 2011

Neraka, Penderitaan Kekal Tanpa Jeda

Maka, Kami memperingatkan kamu dengan api yang menyala-nyala.Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan (berpaling) dari iman. (QS.al-Lail 14-16)

Suatu hari, Khalifah Umar bin Abdul Aziz mengimami Shalat Maghrib dengan membaca Surat al-Lail. Tatkala bacaan sampai pada firman-Nya, “fa andzartukum naaran talazhzha..”,  beliau menangis hingga tak mampu melanjutkan bacaannya. Kemudian beliau mengulanginya dari awal, namun sampai pada ayat yang sama, beliau kembali menangis dan tak sanggup melanjutkannya. Hal itu terjadi dua atau tiga kali, lalu beliau membaca surat yang lain.

Kita memang tidak bisa mengukur persis, gejolak macam apa yang membuncah di dada beliau, hingga air mata tumpah tak terbendung. Tapi, begitulah karakter ulama, “innama yaksyallaha min ‘ibaadihil ‘ulama’, hanyasanya orang yang takut kepada Allah di antara hamba-Nya adalah ulama’.

Mereka merasa menjadi obyek langsung dari Kalamullah. Lantas seperti apa perasaan seseorang yang merasa diingatkan langsung oleh Allah? Apalagi, tatkala peringatan itu berupa ancaman siksa neraka, yang tak ada lagi level penderitaan yang menandinginya.

Orang yang masuk neraka adalah yang Paling Celaka

Neraka tidak dimasuki kecuali oleh orang yang paling celaka. ”La yashlaaha illal asyqa”, Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka. Tidak ada lagi orang yang lebih celaka darinya. Karena neraka disifati dengan segala kepungan penderitaan dan kesengsaraan, dan dinihilkan dari segala hiburan dan kesenangan.


Di dunia, kita memang sering menyaksikan dan mendengar kisah tentang penderitaan seseorang. Tentang orang yang miskin , beratnya penyakit yang menimpa, atau dahsyatnya musibah yang menerpa. Tapi, itu semua sungguh tidak seberapa jika  dibandingkan dengan penderitaan neraka. Pasti ada jeda derita di dunia apalagi derita dunia ini hanya sesaat tak sebanding sama sekali dengan kekalnya penderitaan neraka, pun banyak faktor yang bisa membuat beban menjadi ringan dirasa. Tidak sebagaimana derita di neraka, bersabar atau tidak bersabar sama saja bagi mereka.

Intensitas siksa yang tiada jeda dan tanpa koma, bahkan tak ada sedikit waktu meski hanya sekedar menurunnya kadar derajat siksa. Hingga para penghuninya berkata,

”Mohonkanlah pada Rabbmu supaya Dia meringankan azab dari kami barang sehari” (QS al-Mukmin: 49)

Menu Makanan di Neraka

Pada hakikatnya, makanan dan minuman itu identik dengan kenikmatan dan kelezatan. Tapi tidak demikian halnya dengan menu yang disediakan di neraka. Makanan menjadi siksa, minuman juga sebagai siksa, dan buah-buahan pun berupa siksa.

Ada makanan dhaari’, yang tidak menghilangkan rasa lapar, apalagi membuat perut menjadi kenyang. Rasapun bertentangan dengan selera lidah, bahkan untuk menelannya  harus dengan merobek tenggorokan, karena ia berupa duri,

“Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.” (QS al-Ghasyiyah:6-7)

Disediakan pula menu buah untuk mereka. Namun bukan untuk menambah vitamin atau hidangan penutup yang menyempurnakan kenikmatan. Bentuknya menyeramkan, tumbuh dari tempat yang sangat mengerikan, yaitu pohon zakum yang tumbuh dari dasar neraka jahanam, Firman Allah Ta'ala :

”Sesungguhnya Kami menjadikan pohon zaqqum itu sebagai siksaan bagi orang-orang yang zhalim.. Sesungguhnya ia adalah sebatang pohon yang keluar dari dasar naar jahim. mayangnya seperti kepala syaitan-syaitan. (QS. Ash-Shaffat 63-65)

Tentang rasa, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda memberikan perumpamaan yang menakutkan,
”Seandainya satu tetes dari zaqum diteteskan ke dunia, niscaya akan merusak kehidupan di dunia, lantas bagaimana halnya dengan orang yang memakannya?” (HR Tirmidzi, beliau mengatakan hasan shahih)

Tidak disebutkannya akhir dari orang yang menyantapnya itu menunjukkan kedahsyatannya, hingga sulit digambarkan dengan kata-kata, atau dibayangkan dengan nalar manusia, semoga Allah menjauhkan kita dari neraka.

Jenis makanan lain yang disediakan bagi penghuni neraka adalah ghisliin, Firman Allah Ta'ala :

“Dan tiada (pula) makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah.”  (QS. al-Haaqah: 36)

Di antara ulama menafsirkan bahwa ghisliin adalah adonan dari seluruh kotoran yang keluar dari tubuh penghuni neraka, baik nanah, keringat, ludah, maupun kotoran dari depan maupun belakang, nas’alullahal ‘aafiyah.
Minuman yang Disediakan di Neraka
Jika makanan penghuni neraka begitu mengerikan, lantas bagaimana dengan minumannya? Sebagaimana halnya makanan, mereka juga diberi aneka jenis minuman. Tapi masing-masing minuman menjanjikan sisi penderitaan yang berbeda-beda, dengan tingkat derita yang paling ekstrim.
Ada minuman ’hamiim’, air yang mencapai tingkat panas yang paling puncak, hingga meluluhlantakkan segala isi perut yang meminumnya,

“dan diberi minuman dengan air yang mendidih (hamim) sehingga memotong-motong ususnya.” (QS. Muhammad: 15)

Jauh sekali dari kesegaran, tidak pula bermanfaat untuk mengusir haus dan dahaga, bahkan peminumnya menanggung derita tiada tara saking panasnya. Berbeda halnya dengan minuman ‘shadiid’, siksa yang dirasakan bukan semata karena panasnya, namun karena bau dan wujud yang sangat menjijikkan,

“Diminumnya air nanah (shadiid)  itu, dan hampir dia tidak bisa menelannya.” (QS. Ibrahim: 17)

Dan terakhir adalah minuman dari air ‘muhl’, cairan besi yang mendidih, sebagaimana firman Allah,

“Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (QS. 18:29)

Begitu komplit jenis penderitaan neraka yang tak diselingi sedikitpun oleh kenikmatan ataupun kesenangan. Itulah balasan bagi orang yang mendustakan kebenaran dan berpaling dari ketaatan. Semoga Allah memberi petunjuk kepada kita kebenaran dan menjauhkan kita dari siksa neraka . Amin.

sumber : majalah arrisalah

27 September 2011

Kebohongan Teori Evolusi Darwin

Darwin mengemukakan pernyataannya bahwa manusia dan kera berasal dari satu nenek moyang yang sama dalam bukunya The Descent of Man yang terbit tahun 1971. Sejak saat itu, para pengikut Darwin telah berusaha untuk memperkuat kebenaran pernyataan tersebut. Tetapi, walaupun telah melakukan berbagai penelitian, pernyataan "evolusi manusia" belum pernah dilandasi oleh penemuan ilmiah yang nyata, khususnya di bidang fosil.

Kalangan masyarakat awam adalah korban paling empuk dari teori ini, kebanyakan mereka umumnya tidak mengetahui kenyataan ini, dan menganggap pernyataan evolusi manusia didukung oleh berbagai bukti kuat itu adalah benar.

Sepanjang sejarah, terdapat lebih dari 6000 spesies kera dari yang terkecil, sedang hingga besar yang pernah hidup dan kebanyakan dari mereka telah punah. Fosil dari 6000 spesies kera-kera punah inilah yang memberikan sumber berlimpah bagi evolusionis.

Ditulisnya skenario tentang evolusi manusia dengan cara menyusun sejumlah tengkorak, sekehendak hati mereka, berurutan dari spesies yang paling kecil ke paling besar dan menyisipkan tengkorak-tengkorak dari sejumlah kaum kaum yang dimusnahkandi antara susunan ini.

Jika pembaca cermat, dalam buku-bukunyanya sendiri, darwin terlalu banyak menggunakan kata probably, yang berarti mungkin saja. Artinya dia sendiri belum yakin 100 persen akan teorinya.

Makhluk yang dinamai Australopithecus sendiri hanyalah jenis kera yang telah punah. Australopithecus berarti "kera daerah selatan". Seluruh spesies Australo- pithecus, yang dimasukkan ke dalam pengelompokan yang berbeda, sebenarnya hanyalah jenis kera punah yang menyerupai Manusia Hutan / ORANG HUTAN.

Ukuran tengkorak mereka adalah sama, atau lebih kecil dari simpanse yang kita temui sekarang. Terdapat bagian-bagian menonjol di bagian tangan dan kaki yang mereka gunakan untuk memanjat pohon, persis seperti simpanse masa kini, dan kaki mereka memiliki kemampuan untuk berpegangan pada dahan pohon. Banyak ciri lain seperti dekatnya jarak kedua mata, gigi geraham yang tajam, struktur rahang bawah, lengan yang panjang, kaki yang pendek, yang membuktikan makhluk ini tidaklah berbeda dari Manusia Hutan.

Dengan memperhatikan pada kehidupan Manusia Hutan/ Orang Hutan dengan ciri volume otak, maka jelas fosil fosil yang diduga manusia purba, yang ditemukan itu sebenarnya BUKANLAH MANUSIA PURBA berwujud kera melainkan kera yang mempunyai struktur mirip manusia. dengan kata lain fosil tersebut adalah BINATANG, ..........bukan manusia.

Dari dulu sampai sekarang manusia tidak pernah berevolusi dalam hal fisik sebagaimana yang darwin katakan. Kalau memang teori darwin benar, kenapa tidak ada satupun manusia yang berevolusi ke bentuk lain yang lebih canggih. Dan terpikirkah pembaca, jika teori evolusi itu benar, seharusnya makhluk yang bernama monyet mungkin tidak akan pernah kita jumpai saat ini, karena rentang waktu yang lama memungkinkan semua monyet berubah menjadi manusia ?????? Adakah yang bisa menjawabnya????

" Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari yang satu (Adam), dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan (manusia) laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan SILATURRAHIM. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu." ( QS. An-Nisaa', ayat ke-1 )

Lalu perhatikan kalimat yang tercetak tebal pada petikan ayat diatas. Adakah Allah swt menciptakan Adam lebih dari SATU ???

sumber : GlobalMuslim.com

Blog Archive

Download Ebook Islam Terlengkap

Statistik

.