Motto "Lestarikan Budaya Luhur Islam"

13 Juli 2012

Berita Islam : Penderitaan Muslim Rohingya 15.000 Tewas, 21 Masjid Dibakar

Sungguh dunia islam kita diakhir zaman ini sedang dilanda kekacauan yang luar biasa. Huru-hara setiap hari bukan semakin surut tetapi malah semakin menggila. Ditengah carut marutnya sistem pemerintahan dikaum muslimin dan tidak jelasnya hukum yang berlaku. Ternyata musuh memanfaatkan keadaan ini untuk semakin memperlemah kita bahkan banyak saudara kita yang tidak berdosa dibunuh tanpa alasan yang dibenarkan. Dunia diam ketika muslim dibantai giliran kafir kita usik sedikit saja dunia teriak-teriak "islam teroris" padahal kafir biasanya yang mengusik duluan. Seperti akhir-akhir ini banyak terjadi di suriah dan yang seperti akan kita bahas yaitu yang terjadi di burma tepatnya di kota rohingnya. Semoga kafirin mendapat laknat dunia akhirat karena mereka telah membunuh banyak sekali saudara kita tanpa alasan sedikitpun yang bisa dibenarkan.

Rentetan kekejaman terhadap Muslim Rohingnya di Arakan, Myanmar, masih terus berlangsung. Sejauh ini, jumlah Muslim yang tewas mencapai 15 ribu orang. Sebanyak 30 ribu Muslim dinyatakan hilang, sedangkan 5.000 orang lainnya ditahan, yang kebanyakannya adalah pemuda. Demikian laporan Nahzdatul Mufaqqirin, seperti dirilis EraMuslim, Jum'at (29/6).

Masjid juga tak luput dari target kekejaman orang-orang Budha Myanmar. Sedikitnya 21 masjid telah dibakar. Nahzdatul Mufaqqirin merinci, masjid-masjid yang dibakar itu terletak di desa Kemboh, Furam (2 masjid), Zailar (5 masjid), Buhor, Folton, Shun Dori, Dirom, Godubah, Forhali, Noyah, Shel Gara, Honsi, Am Bari, Sinkir, Santoli, dan Bodur.

Derita Muslim Rohingya tersebut kini mulai menjadi perhatian Muslim internasional. Ikhwanul Muslimin, organisasi Islam terbesar di Mesir yang baru saja memenangkan pemilu parlemen dan presiden, menyerukan negara-negara yang memiliki pengaruh terhadap Myanmar, PBB, OKI, Liga Arab, lembaga HAM di seluruh dunia dan umat Islam agar bergerak bersama untuk menjaga kehidupan dan hak milik umat Islam Myanmar.

Sebelumnya, Rabithah Alam Islami (Liga Muslim Dunia) juga mengecam keras pembunuhan massal terhadap Muslim Rohingya. Rabithah meminta pemerintah Muslim dan lembaga-lembaga Islam untuk secepatnya memberikan pertolongan kepada Muslim di Myanmar yang telah menderita sejak lima belas tahun lalu itu.

Selain pembunuhan dan tindak kekejaman yang melukai fisi, kerugian harta dan kehormatan juga dialami Muslim Rohingnya. Massa Budha dilaporkan merampok dan menjarah desa-desa Muslim di Arakan serta memperkosa sejumlah Muslimah di sana. Ribuan Muslim yang ketakutan dengan kekejaman yang terus berlangsung, memilih mengungsi ke Bangladesh. Pejabat imigrasi Bangladesh memperkirakan, saat ini terdapat 300 ribu pengungsi Rohingya. Mereka memilih Bangladesh dengan harapan memperoleh kehidupan yang lebih baik.

 Namun, pengungsian tersebut bukan berarti tanpa masalah. Pekan lalu pihak berwenang Bangladesh memulangkan secara paksa sekitar 2000 orang etnis Rohingya. Selain itu, di daerah pengungsian kondisi para Muslim juga sangat memprihatinkan karena kekurangan makanan dan gangguan kesehatan akibat tempat tinggal yang memprihatinkan. Pekan lalu perahu-perahu Rohingya yang akan mengungsi ke Bangladesh ditembaki, mengakibatkan sebagian penumpang meninggal sebelum berhasil menginjakkan kaki di Bangladesh. [ref : bersamadakwah.com]





isi Kajian (hapus ini jika ingin Posting artikel, tapi jangan Hapus Tulisan "Kirimkan ke teman anda sebagai file .Pdf)
Kirimkan Ke Teman anda Sebagai File .Pdf :
Send articles as PDF to

11 Juli 2012

Nasehat Ulama : Adab yang utama bagi pelajar


Dalam suatu pertemuan Habib abu bakar assegaf memberikan nasehat kepada pengikutnya “Ketahuilah bahwa Allah SWT akan memberikan kepada hamba- Nya segala apa yang dipanjatkan sesuai dengan niatnya. Menurutku, Allah niscaya akan mendatangkan segala nikmat- Nya di muka dunia, dengan cara terlebih dahulu Dia titipkan di dalam hati hamba- Nya yang berhati bersih. Untuk itu kemudian dibagi-bagikan kepada hamba- Nya yang lain. Amal seorang hamba tidak akan naik dan diterima Allah SWT kecuali dari hati yang bersih. Ketahuilah, wahai saudaraku, seorang hamba belum dikatakan sebagai hamba Allah yang sejati jika belum membersihkan hatinya!”

Dalam kesempatan lain pada Jum’at berikutnya di rumah kediaman Habib Abubakar di Gresik, ada suatu majelis yang dihadiri banyak orang dari dalam dan luar kota. Saat itu ia memberikan taushiyah, “Ketahuilah, wahai saudara-saudaraku, hati yang ada di dalam ini (sambil menunjuk ke dadanya) seperti rumah. Jika dihuni orang yang pandai merawatnya dengan baik, akan tampak nyaman dan hidup. Namun jika tidak dihuni atau dihuni oleh orang yang tidak dapat merawatnya, rumah itu akan rusak dan tak terawat. Dzikir dan ketaatan kepada Allah SWT merupakan penghuni hati, sedangkan kelalaian dan maksiat adalah perusak hati.”

Pada kesempatan lain pula, nasihat Habib Abubakar ditulis oleh Habib Muhammad bin Hud Assegaf, dalam sebuah majelis di Surabaya yang dihadiri oleh para tokoh ulama, di antaranya Habib Abdul Qadir bin Hadi Assegaf, yang membacakan nasihat dan kalam Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi tentang “Rahasia di dalam majelis-majelis yang mulia”.
Kemudian, Habib Abubakar menegaskan, “Saudara-saudaraku, dengarkanlah yang dikatakan Habib Ali. Beliau meminta kepada kita untuk selalu meluangkan waktu menghadiri majelis-majelis semacam ini. Ketahuilah, menghadiri suatu majelis yang mulia akan dapat mengantarkan kita pada suatu derajat yang tidak dapat dicapai oleh banyaknya amal kebajikan yang lain.”

Lalu ia menambahkan, “Simaklah apa yang dikatakan guruku tadi. Di zaman ini, hanya sedikit orang yang menunjukkan adab luhur dalam majelis. Jika ada seseorang yang datang, mereka berdiri dan bersalaman atau menghentikan bacaan, padahal orang itu datang ke majelis tersebut tidak lain untuk mendengarkan. Oleh karenanya, banyak kujumpai orang di zaman ini, jika datang seseorang, me¬reka berkata ‘Silakan kemari’ dan yang lain mengatakan juga ‘Silakan kemari’ sedang orang yang duduk di samping mengipasinya.

Gerakan-gerakan dan kegaduhan yang mereka timbulkan menghapus ke- berkahan majelis itu sendiri. Keberkahan majelis bisa diharapkan apabila yang hadir beradab dan duduk di tempat yang mudah mereka capai. Jadi keberkahan majelis itu pada intinya adalah adab, se¬dangkan adab dan pengagungan itu letaknya di hati.
Oleh karena itu, saUdara-saudaraku, aku anjurkan kalian, hadirilah majelis- majelis kebaikan. Ajaklah anak-anak kalian ke sana dan biasakan mereka untuk mendatanginya, agar mereka menjadi anak-anak yang terdidik baik, lewat majelis-majelis yang baik pula.” Pada kesempatan lain, ia menyampaikan nasihat perihal pendidikan pada anak-anak, “Saat-saat ini aku jarang melihat santri-santri atau siswa-siswa madrasah yang menghargai ilmu. Banyak kulihat, mereka membawa mushaf atau kitab-kitab ilmu yang lain dengan cara tidak menghormatinya, menenteng atau membawa di belakang punggungnya. Lebih dari itu mereka mendatangi tempat- tempat pendidikan yang tidak mengajarkan kepada anak-anak kita untuk mencintai ilmu tapi mencintai nilai semata-mata. Mereka diajari pemikiran para filosof dan budaya pemikiran-pemikiran orang Yahudi dan Nasrani.

Apa yang akan terjadi pada generasi remaja masa kini? Ini tentu adalah tanggung jawab bersama. Habib Ali pemah merasakan kekecewaan yang sama seperti yang kurasakan. Padahal di zaman beliau aku melihat kota Seiwun dan Tarim sangat makmur, bahkan negeri Hadhramaut dipenuhi dengan para penuntut ilmu yang beradab, berakhlaq, menghargai ilmu dan orang alim. Bagaimana jika beliau mendapati anak-anak kita di sini yang tidak menghargai ilmu dan para ulama? Niscaya beliau akan menangis dengan air mata darah. Beliau menambahkan bahwa, ‘Aku akan meletakkan pada penuntut ilmu di atas kepalaku; dan jika aku bertemu murid yang membawa bukunya dengan rasa adab, ingin rasanya aku mencium kedua matanya’.”
Habib Abubakar melanjutkan, “Aku teringat suatu kalam seorang shalih yang mengatakan, ‘Tidak ada yang menyebabkan manusia rugi kecuali keengganan mereka mengkaji buku-buku sejarah kehidupan kaum shalihin dan berkiblat pada buku-buku modern dengan pola pikir yang serba meringankan. Wahai saudara-saudaraku, ikutilah jalan salafush shalihin, sebab mereka adalah orang-orang suci yang beramal ikhlas.
Ketahuilah, salaf kita tidak menyukai ilmu kecuali yang dapat membuahkan amal shalih. Aku teringat pada suatu untaian mutiara nasihat Habib Ahmad bin Hasan Al-Attas yang mengatakan, ‘Ilmu adalah alat, meskipun ilmu itu baik (hasan); tapi hanyalah alat, bukan tujuan. Karenanya, ilmu harus diiringi adab, akhlaq, dan niat yang shalih. Ilmu demikianlah yang dapat mengantarkan seseorang kepada maqam-maqam yang tinggi’.”

(Disadur dari Majalah Alkisah No. 22, 31 Okt -13 Nov 2011 hal. 135-137)




isi Kajian (hapus ini jika ingin Posting artikel, tapi jangan Hapus Tulisan "Kirimkan ke teman anda sebagai file .Pdf)
Kirimkan Ke Teman anda Sebagai File .Pdf :
Send articles as PDF to

08 Juli 2012

Hukum Mengadzani bayi yang baru lahir



Mengadzani bayi yang baru lahir merupakan perbuatan yang diperselihkan para ulama, diantara mereka ada yang membolehkan berdasarkan hadits-hadits dibawah ini:

Telah datang dari jalan ‘Ashim bin Ubaidillah dari Ubaidillah bin Abi Rafi’ dari ayahnya berkata: (aku melihat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam mengadzani ditelinga Hasan bin ‘Ali ketika Fathimah melahirkannya) [Hadits dikeluarkan Tirmidzi, Abu Dawud dan Ahmad]

Abu Isa (Turmudzi) berkata: “ ini hadits hasan shahih “

Namun ini perlu diteliti, karena riwayat ini hanya dari jalannya ‘Ashim dari Ubaidillah dan kebanyakan para ulama melemahkannya.

Ibnu Uyainah berkata: “dahulu para masyayikh berhati-hati dari haditsnya ‘Ashim bin Ubaidillah”.

‘Ali bin Madini berkata: “aku mendengar Abdur Rahman bin Mahdi sangat mengingkari haditsnya ‘Ashim bin Ubaidillah”.

Abu Hatim berkata: “dia adalah mungkar haditsnya, serta penuh pergolakan, tidak memiliki hadits yang dijadikan sandaran”.

An-Nasaie berkata: kami tidak mengetahui bahwa Malik meriwayatkan dari seseorang yang terkenal lemah kecuali dari ‘Ashim bin Ubaidillah sebab beliau meriwayatkan satu hadits darinya”.
Dan begitu juga dikeluarkan oleh Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman dari haditsnya Hasan bin Ali dari Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda: (barang siapa yang dikaruniai anak lalu mengadzaninya ditelinga kanannya dan mengqamatinya ditelinga kirinya, maka jin perempuan tidak akan mengganggunya).

Demikian pula dikeluarkan dari haditsnya Abu Sa’id dari Ibnu Abbas radhiallahu anhuma: (bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam mengadzani ditelinga Hasan bin Ali dihari kelahirannya dan mengqamati ditelinga kirinya).

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata: “pada sanad keduanya lemah”[ Tuhfatul Wadud Fii Ahkaamil Maulud hal: 21].

Demikian pula diriwayatkan dalam Musnad Abi Ya’laa Al Maushili dari Husain dengan sanad marfu’.

Al Manawi berkata dalam “Syarah Jami’ Shaghir”: sanadnya lemah.

Diriwayatkan dari Umar bin Abdul Aziz bahwa beliau: “dahulu mengadzani ditelinga kanan, dan qamat ditelinga kiri apabila dikaruniai anak”.

Al Hafidz Ibnu Hajar berkata dalam “ Talkhishul Habir”: saya tidak melihatnya secara musnad darinya, dan Ibnu Mundzir telah menyebutkan darinya, dan telah diriwayatkan darinya secara marfu’, Ibnu Sunni telah mengeluarkannya dari haditsnya Husain bin Ali dengan lafadz: (barang siapa yang dikaruniai anak lalu mengadzaninya ditelinga kanannya, dan mengkamatinya ditelinga kirinya tidak akan diganggu oleh Ummu Shibyan) yaitu: jin wanita yang mengikutinya.[4/273].

Al Hafidz Abul ‘Alaa Al Mubarakfuri rahimahullah berkata: “perkataannya: amal sesuai dengannya” yakni: sesuai dengan hadits Abu Rafi’ mengenai adzan ditelinga anak yang baru dilahirkan. Jika anda katakan: bagaimana amal sesuai dengannya padahal haditsnya lemah, karena dalam sanadnya: ada ’Ashim bin Ubaidillah sebagaimana anda tahu ? saya katakana: benar dia lemah, akan tetapi dia menjadi kuat dengan haditsnya Husain bin Ali radhiallahu anhuma yang diriwayatkan Abu Ya’laa Al Maushili dan Ibnu Sunni “. [Tuhfatul Ahwadzi: 5/91].


Maka menurut perkataan Al Mubarakfuri menjadi jelas bahwa haditsnya menjadi kuat, oleh karena itu kami tidak mahu meninggalkan amal tersebut karena ada hikmah yang besar dibalik itu.

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah berkata: “dan rahasia mengadzani bayi, Wallahu A’lam: yaitu supaya yang didengarkan manusia pertama kali adalah ucapan yang mengandung kebesaran Rabb dan keagunganNya serta syahadat yang pertama kali memasukkanya kedalam islam, jadi ibarat mentalqinkannya tentang syiar islam ketika memasuki dunia, sebagaimana dia ditalqin ketika keluar dari dunia, dikarenakan juga sampainya pengaruh adzan kedalam hatinya tidak dan kesan adzan pada dirinya tidak dipungkiri, meskipun dirasakan ada faedah lain dalam hal itu, yaitu larinya setan dari kalimat adzan, dimana setan senantiasa menunggunya kelahirannya, lalu menyertainya karena takdir Allah dan kehendakNya, maka dengan itu setan yang menyertainya mendengar sesuatu yang melemahkannya dan membuatnya marah sejak pertama mengikutinya.

Dalam hal itu ada hikmah lain yaitu supaya seruan kepada Allah dan agama islam serta ibadahnya mendahului dakwahnya setan. Sebagaimana Allah telah Menciptakannya diatas fitrah tersebut untuk mendahului perubahan yang dilakukan setan kepadanya, serta hikmah-hikmah lainnya” [Tuhfatul Wadud Fii Ahkamil Maulud: 21-22].

Namun sebagian ulama seperti Syaikh Albani rahimahullah walaupun sebelumnya sempat menghasankan hadits diatas, namun karena beliau menemukan bahwa hadits yang menguatkannya tidak lebih kuat bahkan palsu, maka beliau menarik kembali pendapatnya dan melemahkan hadits mengadzani bayi tersebut.

Kesimpulan


Jadi adzan kepada bayi yang baru lahir mempunyai 2 hujjah yaitu diperbolehkan karena adzan kepada bayi merupakan hikmah yang besar untuk kelanjutan kehidupan bayi selanjutnya dan haditsnya dianggap hasan oleh sebagian ulama. Dan yang kedua hukumnya bid'ah karena haditsnya dianggap mungkar / palsu oleh sebagian ulama.



Jadi yang mengamalkannya berpegang kepada pendapat sebagian ulama diatas dan yang tidak mengamalkannya juga ada hujahnya dari sebagian ulama. Kita tidak boleh saling mencela atau berselisih karena hanya perbedaan yang kecil karena setiap perbedaan ada hikmahnya dan persatuan umat islam lebih utama daripada saling membenarkan hujjah yang dipegang sendiri namun tak mau menghormati perbedaan itu yang justru akan memperlemah persatuan umat islam sendiri.

Wallahu'alam



Wallahu A’lam.




isi Kajian (hapus ini jika ingin Posting artikel, tapi jangan Hapus Tulisan "Kirimkan ke teman anda sebagai file .Pdf)
Kirimkan Ke Teman anda Sebagai File .Pdf :
Send articles as PDF to

Blog Archive

Download Ebook Islam Terlengkap

Statistik

.