Motto "Lestarikan Budaya Luhur Islam"

11 November 2011

Fiqih Sunah : Dzikir sesudah sholat sesuai tuntunan Rasulullah


Para pembaca rahimakumullah, seorang muslim yang berdzikir setelah shalat hendaknya mencukupkan dengan dzikir-dzikir yang telah disyari’atkan dan dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa Sallam bukan dengan dzikir yang tidak dicontohkan oleh beliau, yang tidak disyari’atkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Dzikir-dzikir yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa Sallam berdasarkan hadits-hadits yang shahih adalah sebagai berikut:

1. Mengucapkan istighfar 3 kali:

أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ

Artinya: “Saya mohon ampun kepada Allah.”

Lalu mengucapkan:

اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ

Artinya: “Ya Allah Engkaulah As-Salam (Dzat yang selamat dari segala kekurangan) dan dari-Mu (diharapkan) keselamatan, Maha Suci Engkau Dzat Yang mempunyai keagungan dan kemuliaan.” (HR. Muslim no. 591)

2. Mengucapkan:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ ، وَلَهُ الْحَمْدُ ، وَهْوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ ، وَلاَ مُعْطِىَ لِمَا مَنَعْتَ ، وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ

Artinya: “Tidak ada sesembahan yang haq (benar) diibadahi kecuali Allah satu-satu-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala kekuasaan dan milik-Nya pula segala puji, Dia Maha kuasa atas segala sesuatu.

Ya Allah tidak ada yang mampu mencegah terhadap apa yang Engkau berikan, dan ada yang mampu memberi terhadap apa telah Engkau mencegahnya, serta tidak bermanfaat disisi-Mu kekayaan orang yang kaya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

3. Mengucapkan:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ

Artinya: “Tidak ada sesembahan yang haq (benar) diibadahi kecuali Allah satu-satu-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala kekuasaan dan milik-Nya pula segala puji, Dia Maha kuasa atas segala sesuatu.

Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan kekuatan Allah, Tidak ada sesembahan yang haq (benar) diibadahi kecuali Allah dan kami tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Milik-Nya segala nikmat, keutamaan dan pujian yang baik. Tidak ada sesembahan yang haq (benar) diibadahi kecuali Allah dengan memurnikan agama hanya untuk-Nya, walaupun orang-orang kafir membencinya.” (HR. Muslim no. 594)

4. Mengucapkan Tasbih, Tahmid dan Takbir:

سُبحان الله

(Maha suci Allah) 33 kali,

الحمد لله

(Segala puji hanya milik Allah) 33 kali,

الله أكبر

(Allah Maha besar) 33 kali,

dan digenapkan menjadi seratus dengan mengucapkan:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

Artinya: “Tidak ada sesembahan yang haq (benar) diibadahi kecuali Allah satu-satu-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala kekuasaan dan milik-Nya pula segala puji, dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Tentang keutamaannya Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa Sallam bersabda:

« مَنْ سَبَّحَ اللَّهَ فِى دُبُرِ كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ وَحَمِدَ اللَّهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ وَكَبَّرَ اللَّهَ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ فَتِلْكَ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَقَالَ تَمَامَ الْمِائَةِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ غُفِرَتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ الْبَحْرِ ».

“Barangsiapa    bertasbih   (mengucapkan سُبحان الله) 33 kali, bertahmid (mengucapkan الحمد لله) 33 kali, dan bertakbir (mengucapkan الله أكبر) 33 kali, itu semua berjumlah 99, kemudian sempurnanya 100 dengan mengucapkan:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ

((Tidak ada sesembahan yang haq (benar) diibadahi kecuali Allah satu-satu-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala kekuasaan dan milik-Nya pula segala puji, dan Dia Maha kuasa atas segala sesuatu)),

Niscaya akan diampuni dosa-dosanya, walaupun sebanyak buih di lautan.” (HR.Muslim no. 597)

Catatan: Cara menghitung Tasbih, Tahmid dan Takbir yang dicontohkan Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa Sallam adalah dengan jari-jemari. Sebagaimana telah dijelaskan oleh shahabat Yasiirah a. (Lihat Sunan Abu Daud no. 1501 dan Sunan At-Tirmidzi no. 3486)

5. Mengucapkan:

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Artinya: “Tidak ada sesembahan yang haq (benar) diibadahi kecuali Allah satu-satu-Nya, tidak ada sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala kekuasaan dan milik-Nya pula segala puji, (Dialah Dzat) Yang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa’i)

Dibaca 10 kali setelah Shalat Maghrib dan Shubuh.

Tentang keutamaannya Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa Sallam bersabda:

“Barangsiapa yang mengucapkan usai shalat Shubuh dalam keadaan melipat kedua kakinya sebelum berbicara

لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

10 kali, maka dituliskan baginya 10 kebajikan, dihapus darinya 10 keburukan, dan diangkat baginya 10 derajat,serta harinya itu berada dalam lindungan dari semua yang tidak disenangi dan dijaga dari setan, juga dosa tidak akan mencapai (timbangan)nya pada hari itu selain dosa menyekutukan Allah (berbuat kesyirikan -red).” (HR. At-Tirmidzi no. 3474 dan Ahmad no. 16583/16699)

6. Membaca Ayat Kursi:

Artinya: “Allah, tidak ada ilah (sesembahan yang haq (benar) diibadahi) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? (Allah) mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Al-Baqarah: 255)

Tentang keutamaannya Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa Sallam bersabda:

من قرأ آية الكرسي في دبر كل صلاة مكتوبة لم يمنعه من دخول الجنة الا ان يموت نوع آخر في دبر الصلوات

“Barangsiapa membaca Ayat Kursi setiap selesai menunaikan shalat lima waktu, maka tidaklah ada yang menghalanginya untuk masuk ke dalam Al-Jannah (Surga) kecuali kematian.” (HR. An-Nasa’i dalam Sunan Al-Kubra no. 9928)

7. Membaca surat Al-Ikhlash, Al-Falaq dan An-Naas:

Artinya: “Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Rabb yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (Al-Ikhlash: 1-4)

Artinya: “Katakanlah: “Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai subuh. Dari kejahatan makhluk-Nya. Dan dari kejahatan malam apabila Telah gelap gulita.Dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul. Dan dari kejahatan pendengki bila ia dengki.” (Al-Falaq: 1-5)

Artinya: “Katakanlah: “Aku berlindung kepada Rabb (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Ilah (sesembahan) manusia. Dari kejahatan (bisikan) setan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (An-Naas: 1-6)

Catatan: Tiga surat tersebut dibaca 3 kali setelah shalat Maghrib dan Shubuh dan dibaca 1 kali setelah shalat Zhuhur, ‘Ashar dan ‘Isya`.

Keutamaannya adalah sebagimana sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alayhi Wa Sallam: “Tiga surat tersebut cukup bagimu (sebagai permohonan perlindungan) dari segala kejelekan.” (Lihat Sunan Abu Daud no. 5094)

Wallahu a’lam bisshowab.

09 November 2011

METODE IMAM IBNU KATSIR DALAM MENAFSIRKAN AL-QUR’AN

http://blogbintang.com/wp-content/uploads/2011/11/tafsir-ibnu-katsir.jpg
Dewasa ini kita banyak menemukan kitab-kitab tafsir al-Qur’an dengan berbagai metode. Metode-metode yang dianut oleh ahli tafsir akan mempengaruhi relevansi makna dengan al-Qur’an. Jika kita tidak berhati-hati memilih kitab tafsir sebagai khasanah pengetahuan kita maka dikhawatirkan akan tersesat (karena tafsiran justru melenceng dari makna yang sebenarnya), karena barangkali ada sebuah kitab tafsir yang tidak menganut metode yang benar alias menafsirkan al-Qur’an dengan kemauan sendiri atau dengan akal yang serba terbatas itu. Seperti apa yang pernah dilakukan oleh penganut Liberalisme dan kaum shufiyyah. Maka saran dari penulis jika anda ingin membaca kitab tafsir yang maknanya paling otentik dimasa ini adalah kitab tafsir karya ulama ahlussunah Ibnu Katsir Rahimahulullah. Hal itu telah terbukti dari banyaknya ulama-ulama yang merujuk kepada kitab ini untuk menjelaskan suatu permasalahan, selain itu prinsip Ibnu Katsir adalah menjaga keotentikan makna al-Qur’an dan untuk lebih jelasnya kita akan bahas dibawah beberapa metode beliau dalam menafsirkan al-Qur’an.

Karakater karya seseorang tidak akan bisa dilepaskan dari kecondongan minat orang tersebut, kira-kira seperti itu jugalah tafsir ibnu katsir. Sosok Ibnu Katsir yang condong kepada kesahihan dan keontetikan makna al-Qur’an telah mewarnai karya-karyanya. Begitu juga hal ini tidak bisa lepas dari kondisi jaman saat itu, perhelatan aliran pemikiran pada abad ke 7/8 H memang sudah kompleks. Artinya telah banyak aliran pemikiran yang telah ikut mewarnai karakter seseorang.

Pemahaman yang orisinil untuk mempertahankan keauntetikan Qur`an dan sunnah terus dijaga. Inilah sebagian pewarnaan Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Selain itu, kelompok-kelompok yang mengagungkan akal secara berlebihan dan thariqah-thariqah shufiyah telah beredar luas kala itu. Islam telah berkembang pesat dan banyak ‘agamawan’ yang masuk ke dalam Islam. Hal ini ikut pula mempengaruhi sekaligus mewarnai perkembangan wawasan pemikiran.

Ibnu Katsir yang telah ter-sibghah / terinspirasi dengan pola pikir gurunya (Ibnu Taymiyah) sangat terwarnai dalam metode karya-karyanya. Sehingga dengan jujur Ia berkata, bahwa metode tafsir yang ia gunakan persis sealur dan sejalur dengan gurunnya Ibnu Taymiyyah. Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa tafsir ibnu katsir telah menjadi rujukan kategori tafsir bil-ma’tsur. Yang tentunya hal ini tidak bisa dipisahkan dari metode beliau dalam karyanya.

Beberapa metode yang digunakan Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat Al-Qur’an adalah sebagai berikut :

1. Menafsirkan Al-Qur`an dengan Al-Qur`an. Pendeknya, Ia menjelaskan satu ayat dengan ayat yang lain, karena dalam satu ayat di ungkapkan dengan abstrak (mutlak) maka pada ayat yang lain akan ada pengikatnya (muqayyad). Atau pada suatu ayat bertemakan umum (’âm) maka pada ayat yang lain di khususkan (khâsh). Ibnu Katsir menjadikan rujukan ini berdasarkan sebuah ungkapan, “bahwa cara yang paling baik dalam penafsiran, adalah menafsirkan ayat dengan ayat yang lain”. Pada contoh diatas yaitu surat al-Baqarah ayat 47, al-Baqaah ayat 210 serta an-Naba ayat 35, Ibnu Katsir menyitir ayat al-Qur’an ang lain untuk lebih jelas menafsirkannya.

2. Menafsirkan al-Qur`an dengan Sunnah (Hadits). Ibnu Katsir menjadikan Sunnah sebagai referensi kedua dalam penafsirannya. Bahkan dalam hal ini, Ibnu Katsir tidak tanggung-tanggung untuk menafsirkan suatu ayat dengan berpuluh-puluh hadits –bahkan mencapai 50 hadits – kasus ini bisa dilihat ketika menafsirkan surat al-Isrâ. Adapun pada contoh diatas terdapat pada surat al-Baqarah ayat 210.

3. Tafsir Qur`an dengan perkataan sahabat. Ibnu Katsir berkata, jika kamu tidak mendapati tafsir dari suatu ayat dari al-Qur`an dan Sunnah, maka jadikanlah para sahabat sebagai rujukannya, karena para sahabat adalah orang yang adil dan mereka sangat mengetahui kondisi serta keadaan turunnya wahyu. Ia menjadikan konsep ini berdasarkan beberapa riwayat, di antaranya atas perkataan Ibnu Mas’ud: “demi Allah tidak suatu ayat itu turun kecuali aku tahu bagi siapa ayat itu turun dan di mana turunnya. Dan jika ada seseorang yang lebih mengetahui dariku mengenai kitab Allah, pastilah aku akan mendatanginya“. Juga riwayat yang lain mengenai didoakannya Ibnu Abbas oleh Rasululllah saw, “ya Allah fahamkanlah Ibnu Abbas dalam agama serta ajarkanlah ta’wil kepadanya“. Kita dapat melihat pada surat an-Naba ayat 31 beliau menukil perkataan Ibnu Abbas.

4. Menafsirkan dengan perkataan tabi’in. Cara ini adalah cara yang paling akhir dalam cara menafsirkan Al-Qur`an dalam metode bil-ma`tsur. Ibnu Katsir merujuk akan metode ini, karena banyak para ulama tafsir yang melakukannya, artinya, banyak ulama tabi’in yg dijadikan rujukan dalam tafsir. Seperti perkataan ibnu Ishaq yang telah menukil dari Mujahid, bahwa beliau memperlihatkan mushaf beberapa kali kepada Ibnu Abbas, dan ia menyetujuinya. Sufyan al-Tsauri berkata, “jika Mujahid menafsirkan ayat cukuplah ia bagimu”. Selain Mujahid, di antara ulama tabi’in adalah Sa’id bin Jabir, Ikrimah, Atha’ bin Rabah, Hasan al-Bashri, Masruq bin al-Ajdi, Sa’id bin Musayyab, Abu al-’aliyah, Rabi’ bin Anas, Qatadah, al-Dahhaak bin Muzaahim Radliyall^ahu ‘anhum[1]. Kita dapat melihat pada surat al-Baqarah ayat 47 beliau menukil perkataan Mujahid.

Nah, wahai kaum muslimin dan muslimat rahimahulullah semoga kajian diatas dapat menambah wawasan dan keimanan kita kepada Allah SWT Rabb Semesta Alam yang Maha Berilmu sehingga dengan kehendaknya kita mendapatkan Ilmu-Nya supaya menjadi penerang jalan kegelapan dikehidupan dunia ini, amien.

Wallahu ‘Alam



[1] Muhammad bin Shalih al –Utsaimin dan Nashiruddin al-Albani, Belajar mudah ilmu tafsir, terjemah Fariid Qusy, Jakarta : Daarus sunnah, 2005, hal. 67

Syair dan Nasihat : UNTUKMU SANG PECINTA

Dunia ini memang tak pernah lepas dari masalah cinta, sudah beribu-ribu syair tercipta atas nama cinta. Namun, kini kami persembahkan SYAIR DAN NASEHAT UNTUKMU SANG PECINTA, mari kita simak :


BILA DIRIMU SEKARANG SEDANG MENUNGGU SESEORANG UNTUK MENJALANI KEHIDUPAN MENUJU RIDHO-NYA

BERSABARLAH DENGAN KEINDAHAN

DEMI ALLAH

DIA TAK DATANG KARENA KETAMPANANMU

DIA TAK ATANG KARENA KECANTIKANMU

DIA TAK DATANG KARNA KECERDASANMU

DIA TAK DATANG KARENA KEKAYAANMU

ALLAH-LAH YANG MENGGERAKKAN HATINYA

JANGANLAH TERGESA UNTUK MENG-EXPRESIKAN CINTA KEPADA DIA

SEBELUM ALLAH MENGIZINKAN

BELUM TENTU YANG KAU CINTAI ADALAH YANG TERBAIK UNTUKMU

SIAPAKAH YANG LEBIH MENGETAHUI SELAIN ALLAH ?

SIMPANLAH SEGALA BENTUK UNGKAPAN CINTA DAN DERAP HATI RAPAT-RAPAT

ALLAH AKAN MENJAWABNYA DENGAN LEBIH INDAH DI SAAT YANG TEPAT

-k------k--


ASHABUL-MUSLIM.COM sebuah situs yang kami persembahkan untuk SAHABAT MUSLIM . . . . Anda bisa mengunjungi kami di http://www.ASHABUL-MUSLIM.COM

08 November 2011

Tanda Kiamat : Diutusnya Rasulullah SAW


Diutusnya Rasulullah SAW merupakan tanda akhir zaman hal itu seperti apa dikabarkan kepada kita bahwa diutusnya beliau merupakan suatu dalil dan tanda akan dekatnya hari kiamat, dan bahwasanya ia merupakan tanda pertama darinya.

Sahal ibn Sa'ad r.a berkata: saya melihat Rasulullah s.a.w memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengahnya sambil berkata: "Diutusnya aku dengan kiamat seperti kedua ini" serta sabda beliau: "Aku diutus pada permulaan kiamat"

Al-Qurtubhi berkata: yang pertama adalah Nabi s.a.w, karena beliau adalah Nabi akhir zaman. Nabi telah diutus, sedangkan antara beliau dengan hari kiamat tidak terdapat Nabi.

Dalam riwayat lainnya Rasulullah bersabda : “Aku diutus bersamaan dengan kiamat, dan sungguh ia hampir saja mendahuluiku.”

(Hadis ini dikeluarkan oleh Ahmad dan Ath Thabari dengan sand yang hasan dari haids Buraidah bin Hushaib)

Jadi, tanda kiamat kecil yang paling pertama adalah diutusnya Nabi Muhammad sebagai penutup dari segala Nabi dan Rasul, itu artinya umur dunia yang tersisa semakin sedikit sekali dibandingkan dengan umur dunia yang telah berlalu sesuai sabda Rasulullah:


“Masa dunia yang tersisa bagi umatku hanyalah seperti waktu yang tersisa dari suatu hari apabila shalat Ashar telah dilaksanakan”. (Hadist riwayat Imam Bukhari dan Muslim dari ‘Abdullah bin ‘Umar melalui Mughirah bin hakim)

Seorang laki-laki pernah bertanya kepada Rasulullah:


“Wahai Rasulullah, apakah Islam mempunyai batas akhir?” Rasulullah menjawab:”Ya”.
( hadis shahih yang diriwayatkan oleh Ahmad dan ‘Abdurrazzaq dari ‘Alqamah Al Khuza’i.)

Al Hafizh Ibn Hajar berkata; telah berkata Ad Dhahhaq: “Tanda kiamat yang pertama adalah diutusnya Nabi Muhammad dan menjadi hikmah dari munculnya tanda kiamat pada masa awal adalah untuk memperingatkan orang-orang yang lalai dan mendorong mereka untuk bertobat dan bersiap sedia”. Dan mengantisipasi supaya tidak terkena fitnah akhir zaman semampu kita perbuat” .


Wallahu ‘Alam

07 November 2011

nasehat kepada muslimah : hindarilah ikhtilath (campur baur dengan laki-laki bukan mahrom)


Sesungguhnya wanita itu benar-benar terzalimi dalam ikhtilathnya dengan laki-laki tanpa disertai mahramnya, karena sesungguhnya umunya pandangan laki-laki kepadanya tidak terlepas dari pandangan syahwat, dan siapa yang mengira tidak demikian maka dia tidak berkata jujur. Allah SWT menciptakan pada diri laki-laki kecenderungan yang kuat kepada wanita dan menciptakan pada diri wanita kecenderungan kuat kepada laki-laki disertai kelembutan dan kelemahan. Dari sana, maka kedekatan di antara keduanya di luar batas yang disyari'atkan, ia sangat berbahaya. Syetan menggoyangkan tabiat dalam kondisi ini. Dan biasanya yang menanggung kerugian dalam masalah ini adalah wanita, karena laki-laki tidak memikul dampak negatif problem ini sebagaimana wanita. Ikhtilath terkadang bisa membawa kepada tersobeknya kehormatan dan dampak negatifnya seperti hamil, karena inilah syari'at mengharamkannya, dan dalil-dalil dalam masalah ini sangat banyak, saya akan menyebutkan sebagian darinya:

Firman Allah SWT:



قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman:"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat". (QS. an-Nuur:30)



Allah SWT menyuruh laki-laki menahan pandangannya dari wanita, maka apabila wanita bekerja di samping laki-laki, bagaimana mungkin ia bisa menahan pandangannya?

Semua tubuh wanita adalah aurat, sebagaimana yang disebutkan dalam atsar maka tidak boleh memandang kepadanya. dan Rasulullah SAW bersabda:



يا علي.. لاتتبع النظرة النظرة، فإنما لك الأولى، وليست لك الآخرة

"Wahai Ali, janganlah engkau meneruskan pandangan pertama kepada pandangan kedua, maka sesungguhnya bagimu yang pertama dan bukan untukmu yang kedua." HR. at-Tirmidzi.

Maka pandangan kebentulah (tidak disengaja) dimaafkan, yaitu pandangan pertama. Berbeda dengan yang kedua, maka sesungguhnya ia diharamkan, karena dilakukan dengan kesengajaan. Disebutkan dalam atsar:



العينان زناهما النظر، والأذنان زناهما الاستماع، واللسان زناه الكلام، واليد زناها البطش، والرِجل زناها الخطو

"Zinah kedua mata adalah memandang, zinah kedua telinga adalah mendengar, zinah lisan adalah berkata, zinah tangan adalah melangkah, dan zinah kaki adalah melangkah." HR. Muslim.



Memandang adalah zinah karena ia menikmati pandangan kepada keindahan wanita dan hal itu membawa kepada bergantungnya hati dengannya, dan dari sana terjadilah perbuatan keji. Dan tidak diragukan lagi bahwa memandang sangat terjadi dalam bergabung dua lawan jenis.



Rasulullah SAW bersabda:

مَا تَرَكُتُ بَعْدِي فِتْنَةًٌ هِيَ أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ

"Aku tidak meninggalkan satu fitnah sesudahku yang lebih berbahaya bagi laki-laki selain dari wanita." (HR. al-Bukhari).



Beliau menggambarkan wanita sebagai fitnah bagi laki-laki, maka bagaimanakah digabungkan di antara yang menfitnah (wanita) dan yang terfitnah (laki-laki) berada dalam satu tempat.

Sesungguhnya tatkala Rasulullah SAW membangun masjid, beliau menjadikan pintu khusus untuk wanita dan bersabda: 'Jikalau kita membiarkan pintu ini untuk wanita." HR. Abu Daud. Maka Umar ra melarang masuk dari pintu wanita. Maka apabila ada larangan bercampur dalam pintu maka hal dilarang dalam kantor tentu lebih utama.

Dan Rasulullah SAW menyuruh wanita agar berjalan di tepi jalan, jangan di tengahnya hingga tidak bercampur dengan laki-laki. Dan Rasulullah SAW apabila mengucap salam dari shalatnya, beliau tetap berada di tempatnya menghadap kiblat dan jamaah laki-laki yang bersamanya hingga para wanita berpaling dan masuk ke rumah mereka, kemudian beliau berpaling (pulang) dan berpaling orang-orang yang bersamanya, sehingga pandangan laki-laki tidak tertuju kepada mereka.

Semua nash ini dan dalil-dalil lainnya menjelaskan haramnya ikhtilath dan haram wanita bekerja di samping laki-laki, dan semua ulama sepakat atas hal ini, tanpa ada perbedaan pendapat.

Sesungguhnya wanita disuruh agar selalu berada di dalam rumah, apakah kamu mengetahui hal itu?...sehingga ia menjadi sasaran pandangan laki-laki dan ikhtilath dengan mereka…

Sudah diketahui bahwa terkoyaknya kehormatan, hancurnya rumah tangga, dan hilangnya masa depan remaja putri secara khusus adalah akibah dari ikhtilath…

Dan jika engkau ingin mengetahui hakikat ikhtilath dan pengaruhnya maka bacalah problem ikhtilath di Barat, sehingga mulai ada ajakan untuk meninggalkan ikhtilath dalam belajar. Maka didirikannya beberapa universitas dan sekolah yang berdiri di atas pemisahan di antara dua lawan jenis di Amerika dan yang lainnya. Mereka tidaklah melakukan hal itu kecuali setelah merasakan pahit dan pedihnya karena banyaknya kerusakan akhlak. Bukankah kita harus mengambil pelajaran dari realita ini?...

Bukan suatu kesalahan besar bahwa kita –kaum muslimin- mengulangi kesalahan yang telah terjadi di Barat, sedangkan mereka sekarang mengharapkan bisa berlepas diri darinya.



Wahai saudari…! Keempat

Engkau adalah yang paling berharga di sisi kami, engkau adalah saudari, putri, istri dan ibu…sudah menjadi keharusan bahwa engkau menjadi pembantu bagi kami untuk menjagamu dari bahaya…

Engkau adalah separo masyarakat dan engkau melahirkan yang lain. Engkaulah yang kami harapkan bisa mengeluarkan generasi yang membimbing umat…Namun bagaimana mungkin hal itu terjadi bagimu apabila engkau pergi berlari meninggalkan rumah, meninggalkan tugas rumah, mendidik generasi baru dan tugas keibuan, dan jadilah engkau bersama laki-laki dalam bekerja?

Ketahuilah –semoga Allah SWT memberi rahmat kepadamu-, bahwa Allah SWT tidaklah menyuruhmu berdiam diri di dalam rumah kecuali karena sayang kepadamu:

وقرن في بيوتكن ولا تبرجن تبرج الجاهلية الأولى

dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu. (QS. al-Ahzab:33)



karena apabila engkau keluar niscaya laki-laki sangat bernafsu terhadapmu, dan jika engkau ingin memastikan apa yang saya katakan maka bacalah kitab yang berjudul: amalul mar`ti fil mizaan" (Pekerjaan wanita dalam timbangan) karya DR. Muhammad Ali al-Baar..dan engkau akan menemukan di dalamnya kebenaran yang nyata dengan nomor dan cerita yang memastikan bahaya wanita meninggalkan rumahnya dan bercampurnya bersama laki-laki. Ambillah pelajaran kondisi wanita di Barat: sesungguhnya ia mengeluh perbuatan zalim dari laki-laki, ia mengadukan tindakan pelecehan sex di setiap tempat. Ia tidak bisa berlari dari realita, karena ia harus bekerja dan jika tidak ia akan mati kelaparan. Maka ia berada dalam penderitaan yang tidak berkesudahan..



adapun engkau, sungguh Allah SWT telah memberikanmu kemuliaan dengan Islam yang mewajibkan kepada bapak, suami, saudara, dan anak agar berusaha untuk memberikan nafkah untukmu, dan Allah SWT tidak pernah menyuruhmu bekerja. Ini adalah harta ghanimah yang datang kepadamu tanpa susah payah mendapatkannya. Engkau menetap di dalam rumah seperti ratu, selain engkau bekerja untukmu. Bukanlah ini merupakan nikmat yang besar.



Maka janganlah engkau terperdaya dengan dunia dan hiasan syetan untuknya agar keluar bekerja. Maka jika engkau ingin dekat dengan ar-Rahman maka menetaplah di dalam rumah. Rasulullah SAW bersabda:



المرأة عورة، فإذا خرجت استشرفها الشيطان، وأقرب ما تكون من وجه ربها وهي في قعر بيتها

"Perempuan adalah aurat, maka apabila ia keluar niscaya syetan memuliakannya, dan yang paling dekat dari Wajah Rabb-nya saat dia berada di dalam rumahnya." HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Hibban.



Dan ketahuilah wahai saudariku, sesungguhnya yang paling berharga pada dirimu adalah iman dan iffahmu, dan ia terancam akan terkoyak apabila engkau ikhtilath dengan laki-laki. Maka berjauhlah dari mereka dan jangan engkau mendekatkan diri dari mereka kecuali mahram atau suami. Dan ketahuilah, sesungguhnya engkau berada di bawah naungan hijab dan menetap di dalam rumah niscaya engkau mendapatkan suami yang terbaik akhlak dan ghirah. Dan apabila engkau tetap dalam pekerjaan yang ikhtilath ini niscaya engkau tidak akan mendapatkan laki-laki yang baik.



Wahai Saudari! Jangan engkau mengatakan 'Saya bisa menjaga diri, sekalipun berada di antara laki-laki…' Maka sesungguhnya Allah SWT tidak menyuruh menundukkan pandangan dan berpisah di antara laki-laki dan wanita kecuali Dia I mengetahui bahwa dorongan sex adalah kekuatan yang menghanyutkan. Seorang muslim disuruh menjauhkan diri dari tempat-tempat fitnah dan ia tidak menjerumuskan dirinya kepada kebinasaan. Apabila seorang manusia kelaparan, ia tidak mampu menahan diri dari makanan, demikian pula apabila ia kelaparan secara sex. Dalam kondisi bagaimanapun, apabila sudah jelas haramnya ikhtilath, maka sesungguhnya haram bagi wanita dan laki-laki bekerja berdampingan, sekalipun keduanya menjaga diri. Dan tidak menjadi ukuran dengan tidak adanya nafsu syahwat atau kemampuan wanita menjaga dirinya...dan jika engkau –wahai saudari yang mulia- membutuhkan pekerjaan maka hendaklah pekerjaan itu jauh dari laki-laki.



Saudari yang mulia..saya tidak tahu, apakah kata-kata saya sampai ke sudut hatimu? Dan apakah ia bisa menembuh selaput luar jantungnya? Saya mengharapkan hal itu dari hatiku. Dan aku berdoa kepada Allah SWT dengan doa yang sangat agar Dia I menjagamu dari tipu daya orang-orang yang menipu, orang-orang yang merencakan untuk melemparmu ke dalam lumpur kehinaan. Dan mereka sangat senang saat bisa mewujudkan hal itu darimu, saat engkau meninggalkan rumah dan berada di tengah-tengah laki-laki. Karena mereka mengetahui bahwa engkau adalah pendidik generasi mendatang. Maka apabila engkau sudah rusak niscaya rusaklah generasi penerus, dan umat menjadi mangsa bagi musuh-musuhnya.

Saya berharap kamu bisa memahani persoalan penting ini dengan sebenarnya dan memahami kadar bahaya yang engkau berada di dalamnya. Dan apabila engkau tidak menerima ucapan saya –dan saya tidak mengira hal itu darimu- maka saya akan berdoa malam dan siang hari, dan saya tidak akan pernah bosan berdoa untukmu. Engkau adalah saudariku dalam kondisi apapun. Percayalah bahwa suatu hari nanti engkau akan kembali kepada petunjukmu, dan percayalah bahwa Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan percuma usahaku bersamamu. Dan tidak adalah taufiqku kecuali dengan pertolongan Allah SWT. Dan saya sangat berharap agar engkau mengulang kembali membaca nasehat ini beberapa kali, dari waktu hingga waktu yang lain.

Wallahu 'Alam

Hikmah : IDUL ADHA = AJARAN ANTI KORUPSI ???

Idul adha menekankan ajaran moral untuk mengutamakan kepentingan
rakyat meski dengan mengorbankan kepentingan pribadi ataupun kelompok.
Namun, meski setiap tahun dirayakan, semangat keagamaan ini belum
terserap dalam tindakan nyata elite politik di Indonesia yang justru
dibelit masalah korupsi.

Korupsi merupakan tindakan yang berlawanan dengan semangat Idul Adha
karena mengorbankan kepentingan umum demi kepentingan diri sendiri,
dan perilaku itu hanya menumpuk kekuasaan dan kekayaan bagi diri
sendiri, keluarga, atau kelompok. Sementara ajaran berkurban
mengutamakan tujuan yang lebih besar, dalam hal ini kepentingan
publik.

Ketekunan elit politik menjalankan ritual agama masih berjarak, bahkan
bertolak belakang dengan prilaku birokrasi dan pemerintahan. Idul adha
masih di anggap sebatas festival yang tidak mempengaruhi perilaku
nyata sehari-hari para koruptor.

Banyak tokoh-tokoh politik menyumbang sapi di masjid-masjid. Namun,
perilaku kekuasaan mereka justru berlawanan dengan semangat Idul Adha
karena masih saja menyuburkan perilaku korupsi. Sebagian besar elite
politik yang "katanya" mayoritas muslim, juga mengikuti khotbah Idul
Adha. Namun, patut disayangkan ajaran antikorupsi itu tetap saja tidak
terserap dengan nyata, mungkin "elite politik kita sudah NDABLEG"
sehingga tidak mempan lagi diingatkan oleh ajaran moral agama . . . .
WaAllahua'lambissowab


kembali ke beranda :
>> http://www.ashabul-muslim.com/

--
Dikirim dari perangkat seluler saya

pembagian tanda-tanda kiamat


Kiamat adalah perkara ghoib yang hanya diketahui Allah SWT, akan tetapi Nabi SAW telah diberitahukan tandanya oleh Allah SWT kepada Nabi SAW supaya disampaikan kepada kita semua, sehingga kita menjadi waspada dikapanpun dan dimanapun, tanda kiamat terbagi menjadi dua yaitu tanda kiamat besar dan tanda kiamat kecil, tanda kiamat besar terjadi jika kiamat sudah amat dekat. Sedangkan tanda kiamat kecil terjadi dari wafatnya Rasulullah SAW sampai terjadinya tanda kiamat besar.

A. Tanda-tanda kiamat sughra (kecil), ia terbagi menjadi dua macam:

1. Tanda-tanda jauh:

Ia adalah tanda yang telah terjadi dan telah berlalu, yang termasuk dari tanda sughra. Dinamakan demikian karena telah terjadi jauh sebelum hari kiamat. Seperti, diutusnya Nabi s.a.w, terbelahnya bulan dan munculnya api yang sangat besar di Madinah[1].

2. Tanda-tanda sedang:

Ia adalah tanda yang telah terjadi namun belum berlalu, bahkan semakin meningkat dan bertambah. Tanda seperti ini banyak sekali macamnya, dan masih tergolong tanda-tanda sughra juga, sebagaimana yang akan dibahas nanti. Di antaranya: Budak yang melahirkan tuannya, para penggembala kambing berlomba meninggikan bangunan dan akan munculnya tigapuluh orang dajjal yang mengaku dirinya Nabi[2].

B. Tanda-tanda kiamat kubra (besar):

Apabila tanda-tanda ini telah terjadi, maka ia akan diikuti oleh hari kiamat. Ia berjumlah sepuluh dan belum ada yang terjadi sedikitpun.

Berkata Hudzaifah: (Ketika kami sedang berbincang, tiba-tiba Nabi menengok kepada kami dan bertanya: "Apa yang sedang kalian perbincangkan?" mereka menjawab: kami sedang memperbincangkan tentang hari kiamat. Maka bersabdalah beliau: "Sesungguhnya ia tidak akan terjadi sehingga kalian melihat sebelumnya sepuluh tanda: beliau menyebutkan:

1- Asap

2- Dajjal

3- Binatang

4- Terbitnya matahari dari barat

5- Turunnya Isa ibn Maryam a.s

6- Ya'juj dan Ma'juj

Tiga tempat terperosoknya bumi / gempa bumi :

7- Satu di timur

8- Satu di barat

9- Dan satu di Jazirah Arab,

10- Terakhir adalah keluarnya api dari Yaman yang menggiring umat manusia menuju tempat berkumpulnya"[3].( HR. Muslim dari sahabat Hudzaifah ibn Usaid)

Dalam hadits-hadits yang lain disebutkan tentang Imam Mahdi, penghancuran Ka'bah serta diangkatnya Al-Qur'an dari muka bumi, sebagaimana yang akan disebutkan hadits-haditsnya.Wallahu A’lam



[1] Tanda-tanda ini akan dibahas pada no (1),(3) dan (13).

[2] Tanda-tanda ini akan dibahas pada no (19), (21) dan (11).

[3] HR. Muslim dari sahabat Hudzaifah ibn Usaid. Lihat tanda-tanda ini pada bagian kedua dari buku ini (Tanda-tanda kiamat besar).

Blog Archive

Download Ebook Islam Terlengkap

Statistik

.