Motto "Lestarikan Budaya Luhur Islam"

13 Agustus 2011

Tiga Orang yang Merugi Besar

Nabi Muhammad SAW adalah Nabi yang paling sayang terhadap umatnya. Beliau menunjukkan apa-apa yang bermanfaat untuk umatnya, baik di dunia maupun di akhirat. Dan beliau juga menunjukkan apa-apa yang tidak bermanfaat atau merugikan terhadap umatnya. Karena itulah, dalam sebuah hadits, beliau bersabda,

رَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ أَدْرَكَ عِنْدَهُ أَبَوَاهُ الْكِبَرَ فَلَمْ يُدْخِلاَهُ الْجَنَّةَ.

“Merugilah orang yang namaku disebut disisinya lalu ia tidak membaca shalawat kepadaku, merugilah orang yang memasuki Ramadhan, kemudian Ramadhan pergi sementara dosa-dosanya  belum terampuni, dan merugilah orang yang kedua orangtuanya berumur tua di sisinya, lalu keduanya tidak menyebabkannya masuk surga.” (HR. Tirmidzi; hadits hasan-shahih)

Di sini beliau menunjukkan ada tiga orang yang merugi.

Pertama; Orang yang tidak mau membaca shalawat ketika nama Nabi SAW disebutkan di sisinya. Dalam hadits lain disebutkan bahwa orang yang demikian adalah orang yang kikir, padahal membaca shalawat itu adalah sesuatu yang ringan dan satu kali shalawat diganjar dengan shalawat dari Allah sepuluh kali. Adapun batas kewajiban membaca shalawat, para ulama menyatakan bahwa membaca shalawat itu paling tidak dilakukan satu kali dalam satu majelis.

Kedua; Orang yang memasuki bulan suci Ramadhan, namun ketika Ramadhan selesai dosa-dosanya tidak terampuni. Ini menunjukkan bahwa ia tidak memanfaatkan bulan suci Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Ia melihat Ramadhan tidak memiliki keistimewaan apa-apa sehingga ia tidak berbuat apa-apa di dalam bulan Ramadhan. Padahal barangsiapa yang beribadah secara sungguh-sungguh dalam bulan Ramadhan, dosa-dosanya terampuni. Rasulullah SAW bersabda,

“Barangsiapa yang menghidupkan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala, Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu.” (HR. Bukhari; hadits shahih)

Menghidupkan Ramadhan itu dengan shalat tarawih, membaca Al-Qur`an, atau menghadiri majelis ilmu.
Ketiga; Orang yang tidak memenuhi hak-hak orangtua ketika orangtuanya telah berumur tua. Hal ini disebabkan orang yang mau mengurusi orangtuanya yang sudah tua dengan sebaik-baiknya menyebabkan dirinya mendapat pahala surga. Ini adalah sebuah kesempatan yang mulia ketika seseorang masih sempat hidup bersama dengan orangtuanya yang sudah tua. Betapa orangtua yang sudah berumur membutuhkan belas kasih dari sang anak. Sungguh, hak orangtua begitu besar terhadap anak. Bahkan Allah memerintahkan berbuat baik kepada orangtua setelah memerintahkan penyembahan yang murni terhadap diri-Nya. Dia berfirman,

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa.” (an-Nisa`: 36)

Karena itu, apabila seseorang menyia-nyiakan orangtuanya yang sudah berumur itu sehingga tidak menyebabkannya masuk surga, maka merugi besarlah ia.(sumber : abidin)

10 Agustus 2011

JALUR TEBET TIMUR KE TEMANGGUNG




Lihat Peta Lebih Besar

1. Ke arah selatan menuju Jalan L-Kebon Baru 2 (98 m)

2. Ambil ke-1 kanan menuju Jalan L-Kebon Baru 2 (130 m)

3. Belok kiri menuju Jalan Asem Baris (350 m)

4. Belok kiri untuk tetap di Jalan Asem Baris (300 m)

5. Belok kiri menuju Jalan Letnan Jenderal MT Haryono (550 m)

6. Terus lurus untuk tetap di Jalan Letnan Jenderal MT Haryono (600 m)

7. Belok sedikit ke kiri menuju Jalan Mayor Jenderal DI Panjaitan (350 m)

8. Ambil ke-1 kiri menuju Jalan Mayor Jenderal DI Panjaitan (850 m)

9. Belok sedikit ke kanan menuju Jalan Kalimalang (4,9 km)

10. Belok sedikit ke kanan untuk tetap di Jalan Kalimalang (2,7 km)

11. Terus ke Jalan Kyai Haji Noer Ali (5,4 km)

12. Belok kanan menuju Jalan Jenderal Ahmad Yani (1,0 km)

13. Tetap di kiri di jalan bercabang (600 m)

14. Terus ke Jalan Cut Meutia (2,9 km)

15. Belok sedikit ke kiri menuju Jalan Insinyur Haji Juanda (52 m)

16. Belok kanan untuk tetap di Jalan Insinyur Haji Juanda (1,9 km)

17. Terus ke Jalan Pangeran Diponegoro (2,9 km)

18. Terus ke Jalan Sultan Hasanudin - Tambun (2,4 km)

19. Terus ke Jalan Teuku Umar - Cikarang (1,8 km)

20. Terus ke Jalan Imam Bonjol (2,8 km)

21. Terus ke Jalan Fatahillah - Cibitung (2,8 km)

22. Terus ke Jalan Yos Sudarso (1,5 km)

23. Belok kanan menuju Jalan Kapten Sumantri (230 m)

24. Ambil ke-1 kiri menuju Jalan RE Martadinata (950 m)

25. Terus ke Jalan Gatot Subroto (1,6 km)

26. Terus ke Jalan Urip Sumoharjo (2,2 km)





27. Terus ke Jalan Raya Rengas - Lemahabang (4,0 km)





28. Terus ke Jalan Tanjung Baru - Karangsambung (1,0 km)





29. Terus lurus ke Jalan Karangsambung - Waringinjaya (2,0 km)





30. Terus ke Jalan Waringinjaya - Kedunggede (1,5 km)





31. Terus ke Jalan Tanjung Pura - Kedunggede (2,2 km)





32. Di bundaran, ambil jalan keluar ke-2 menuju Jalan Pangkal Perjuangan (3,3 km)





33. Terus ke Jalan Jenderal Ahmad Yani (2,0 km)





34. Di bundaran, ambil jalan keluar ke-1 menuju Jalan Tuparev (1,4 km)





35. Terus ke Jalan Surotokunto (3,5 km)





36. Di bundaran, ambil jalan keluar ke-1 menuju Jalan Klari Raya (1,5 km)





37. Terus ke Jalan Tuparev (500 m)





38. Terus ke Jalan Raya Kosambi (2,2 km)





39. Terus ke Jalan Kosambi Raya (1,2 km)





40. Terus ke Jalan Raya Kosambi (4,0 km)





41. Terus ke Jalan Purwasari - Dawuan Tengah (4,7 km)





42. Terus ke Jalan Jenderal Ahmad Yani (2,4 km)





43. Terus lurus ke Jalan Jenderal Sudirman (2,6 km)





44. Terus lurus untuk tetap di Jalan Jenderal Sudirman (280 m)





45. Belok kiri menuju Jalan Pangulah Raya (600 m)





46. Terus ke Jalan Pangulah (3,0 km)





47. Terus ke Jalan Pangulah Raya (6,3 km)





48. Terus ke Jalan Prapatan - Sentra (1,2 km)





49. Terus ke Jalan Sarengseng - Kalisumber (3,9 km)





50. Terus ke Jalan Ciasem - Margaluyu (8,7 km)





51. Terus ke Jalan Margamulya - Ciasem (18,7 km)





52. Belok sedikit ke kanan untuk tetap di Jalan Margamulya - Ciasem (850 m)





53. Terus ke Jalan Pacinan - Blok Boa (5,9 km)





54. Terus ke Jalan Indramayu (49,6 km)





55. Belok kanan menuju Jalan Lohbener (3,4 km)





56. Terus ke Jalan Ujung Jaya (4,5 km)





57. Terus ke Jalan Bango Dua - Widasari (3,1 km)





58. Terus ke Jalan Indramayu - Cirebon (30,0 km)





59. Belok kiri menuju Jalan Majalengka - Cirebon (11,4 km)





60. Di bundaran, ambil jalan keluar ke-2 menuju Jalan Brigadir Jenderal Darsono (4,1 km)





61. Terus ke Jalan Jenderal Ahmad Yani (2,2 km)





62. Terus lurus ke Jalan Flyover Jenderal Ahmad Yani (1,3 km)





63. Terus ke Jalan Jenderal Ahmad Yani (350 m)





64. Tetap di kanan di jalan bercabang (60 m)





65. Terus ke Jalan Indramayu - Cirebon (210 m)





66. Terus ke Jalan Cirebon - Brebes (38,8 km)





67. Terus ke Jalan Tegal - Brebes (28,1 km)





68. Belok kiri menuju Jalan Gajah Mada (550 m)





69. Terus ke Jalan Martoloyo (1,1 km)





70. Jalan Martoloyo belok sedikit ke kanan dan menjadi Jalan Yos Sudarso (1,4 km)





71. Terus lurus ke Jalan Pemalang - Tegal (26,2 km)





72. Tetap di kiri di jalan bercabang (7,1 km)





73. Belok kiri menuju Jalan Pekalongan - Pemalang (21,4 km)





74. Terus ke Jalan Raya Pekalongan (3,3 km)





75. Terus ke Jalan Gajah Mada (2,4 km)





76. Belok kanan menuju Jalan Kyai Mansur (1,3 km)





77. Belok kiri menuju Jalan Jenderal Sudirman (1,7 km)





78. Terus ke Jalan Doktor Sutomo (2,1 km)





79. Terus lurus ke Jalan Slamet Riyadi (2,2 km)





80. Terus lurus ke Jalan Jenderal Sudirman (1,3 km)





81. Terus ke Jalan Batang - Pekalongan (26,4 km)





82. Terus ke Jalan Raya Alas Roban

Jalan melalui 1 bundaran (14,8 km)





83. Jalan Raya Alas Roban belok sedikit ke kanan dan menjadi Jalan Utama Barat (750 m)





84. Terus ke Jalan Utama Tengah (1,4 km)





85. Belok kanan menuju Jalan Sukorejo - Waleri (14,4 km)





86. Belok sedikit ke kiri untuk tetap di Jalan Sukorejo - Waleri (4,5 km)





87. Belok kiri menuju Jalan Patean - Sukorejp (37 m)





88. Terus ke Jalan Raya Sukorejo

Jalan melalui 1 bundaran (1,7 km)





89. Terus ke Jalan Patean - Sukorejo (200 m)





90. Terus ke Jalan Wates (800 m)





91. Terus ke Jalan Blimbing (350 m)





92. Terus ke Jalan Sukorejo - Parakan (2,9 km)





93. Terus ke Jalan Raya Bejen (600 m)





94. Terus ke Jalan Patean - Candiroto (4,7 km)





95. Belok sedikit ke kiri untuk tetap di Jalan Patean - Candiroto (240 m)





96. Terus ke Jalan Ngadirejo (800 m)





97. Belok kiri untuk tetap di Jalan Ngadirejo (9,5 km)





98. Belok kanan menuju Jalan Jumo (150 m)





99. Belok sedikit ke kiri menuju Jalan Ngadirejo (170 m)





100. Terus ke Jalan Raya Ngadirejo (650 m)





101. Terus ke Jalan Ngadirejo (6,1 km)





102. Belok sedikit ke kiri menuju Jalan Letnan Suwaji (950 m)





103. Belok kanan untuk tetap di Jalan Letnan Suwaji (76 m)





104. Ambil ke-1 kiri menuju Jalan Wonosobo - Temanggung (11,4 km)





105. Belok kanan di Jalan Tentara Pelajar (7 m)



Temanggung

07 Agustus 2011

Bahaya Menafsirkan Al-qur'an Sendiri..!

  Memang sudah disabdakan Nabi Muhammad SAW akan banyaknya di akhir zaman orang yang menafsirkan Al Qur’an dengan sembarangan, sesuai pendapat sendiri saja. Tanpa memiliki kemampuan di bidangnya, tanpa mengetahui kaitannya dengan hadits-hadits Nabi, kaitan ayat dengan ayat. Terkadang ditafsirkan disesuaikan dengan ajaran kelompok mereka, didoktrin dari pendahulu-pendahulu mereka tanpa memandang pendapat para ahli sebelumnya. Seolah pendapat merekalah yang paling benar.

Nabi SAW bersabda :


مَنْ فَسَّرَ اْلقُرْآنَ بِرَأْيِهِ فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ



“Siapa saja yang menafsirkan Al Qur'an dengan menggunakan pendapatnya sendiri maka hendaknya dia menempati tempat duduknya yang terbuat dari api neraka" (HR. Ahmad, At Tirmidzi dan Ibnu Abi Syaibah).

Tetapi sayangnya, banyak yang tertipu dengan para penafsir gadungan ini. Mereka menyatakan pengajian mereka adalah benar karena masih menggunakan Al Qur’an dan Hadits. Padahal sudah banyak terbukti banyaknya ajaran-ajaran baru di akhir zaman ini yang menggunakan Al Qur’an dan Hadits sesuai nafsunya saja, sesuai pendapatnya saja. Bukankah para teroris juga menggunakan dalil Al Qur’an? Bukankah aliran Ahmadiyah juga menggunakan dalil Al Qur’an? Bukankah aliran Syi’ah juga menggunakan dalil Al Qur’an? Sebagai muslim yang ingin meniti jalan lurus sebaiknya kita mengetahui syarat-syarat menafsirkan Al-Qur’an / Firman Allah jadi tidak bisa sembarang menafsirkan sendiri atau dengan akal, walaupun benar tapi telah mendapatkan dosa karena tidak sesuai ajaran Rasulullah SAW, berikut ini tentang beberapa syarat yang harus dimiliki oleh seorang mufassir, antara lain:

1. Sehat Aqidah

Seorang yang beraqidah menyimpang dari aqidah yang benar tentu tidak dibenarkan untuk menjadi mufassir. Sebab ujung-ujungnya dia akan memperkosa ayat-ayat Al-Quran demi kepentingan penyelewengan aqidahnya.
Maka kitab-kitab yang diklaim sebagai tafsir sedangkan penulisnya dikenal sebagai orang yang menyimpang dari aqidah ahlusunnah wal jamaah, tidak diakui sebagai kitab tafsir.

2. Terbebas dari Hawa Nafsu

Seorang mufassir diharamkan menggunakan hawa nafsu dan kepentingan pribadi, kelompok dan jamaah ketika menafsirkan ayat-ayat Al-Quran. Juga tidak terdorong oleh ikatan nafsu, dendam, cemburu, trauma dan perasaan-perasaan yang membuatnya menjadi tidak objektif.
Dia harus betul-betul meninggalkan subjektifitas pribadi dan golongan serta memastikan 
objektifitas, profesionalisme dan kaidah yang baku dalam menafsirkan.

3. Menafsirkan Al-Quran dengan Al-Quran

Karena Al-Quran turun dari satu sumber, maka tiap ayat menjadi penjelas dari ayat lainnya, dan tidak saling bertentangan. Sebelum mencari penjelasan dari keterangan lain, maka yang pertama kali harus dirujuk dalam menafsirkan Al-Quran adalah ayat Al-Quran sendiri.
Seorang mufassir tidak boleh sembarangan membuat penjelasan apa pun dari ayat yang ditafsrikannya, kecuali setelah melakukan pengecekan kepada ayat lainnya.
Hal itu berarti juga bahwa seorang mufassir harus membaca, mengerti dan meneliti terlebih dahulu seluruhayat Al-Quran secara lengkap, baru kemudian boleh berkomentar atas suatu ayat. Sebab boleh jadi penjelasan atas suatu ayat sudah terdapat di ayat lain, tetapi dia belum membacanya.

4. Menafsirkan Al-Quran dengan As-Sunnah

Berikutnya dia juga harus membaca semua hadits nabi secara lengkap, dengan memilah dan memmilih hanya pada hadits yang maqbul saja. Tidak perlu menggunakan hadits yang mardud seperti hadits palsu dan sejenisnya.
Tentang kekuatan dan kedudukanhadits nabi, pada hakikatnya berasal dari Allah juga. Jadi boleh dibilang bahwa hadits nabi sebenarnya merupakan wahyu yang turun dari langit. Sehingga kebenarannya juga mutlak dan qath'i sebagaimana ayat Al-Quran juga.

5. Merujuk kepada Perkataan Shahabat

Para shahabat nabi adalah orang yang meyaksikan langsung bagaimana tiap ayat turun ke bumi. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang justru menjadi objek sasaran diturunkannnya ayat Al-Quran.
Maka boleh dibilang bahwa orang yang paling mengerti dan tahu tentang suatu ayat yang turun setelah Rasulullah SAW adalah para shahabat nabi SAW.
Maka tidak ada kamusnya bagi mufassir untuk meninggalkan komentar, perkataan, penjelasan dan penafsiran dari para shahabat Nabi SAW atas suatu ayat. Musaffri yang benar adalah yang tidak lepas rujukannya dari para shahabat Nabi SAW.

6. Merujuk kepada Perkataan Tabi'in
 
Para tabi'in adalah orang yang pernah bertemu dengan para shahabat Nabi SAW dalam keadaan muslim dan meninggal dalam keadaan muslim pula. Mereka adalah generasi langsung yang telah bertemu dengan generasi para shahabat.
Maka rujukan berikutnya buat para mufassir atas rahasia dan pengertian tiap ayat di Al-Quran adalah para tabi'in.

7. Menguasai Bahasa Arab, Ilmu dan Cabang-cabangnya

Karena Al-Quran diturunkan di negeri Arab dan merupakan dialog kepada kepada orang Arab, maka bahasanya adalah bahasa Arab. Walaupun isi dan esensinya tidak terbatas hanya untuk orang Arab tetapi untuk seluruh manusia.

Namun kedudukan Arab sebagai transformator dan komunikator antara Allah dan manusia, yaituAl-Quran menjadi mutlak dan absolut.Kearaban bukan hanya terbatas dari segi bahasa, tetapi juga semua elemen yang terkait dengan sebuah bahasa. Misalnya budaya, adat, 'urf, kebiasaan, logika, gaya, etika dan karakter.

Seorang mufassir bukan hanya wajib mengerti bahasa Arab, tetapi harus paham dan mengerti betul budaya Arab, idiom, pola pikir dan logika yang diberkembang di negeri Arab. Karena Al-Quran turun di tengah kebudayaan mereka. Pesan-pesan di dalam Al-Quran tidak akan bisa dipahami kecuali oleh bangsa Arab.

Tidak ada cerita seorang mufassir buta bahasa dan budaya Arab. Sebab bahasa terkait dengan budaya, budaya juga terkait dengan 'urf, etika, tata kehidupan dan seterusnya.
Dan kalau dibreak-down, bahasa Arab mengandung beberapa cabang ilmu seperti adab (sastra), ilmu bayan, ilmu balaghah, ilmul-'arudh, ilmu mantiq, dan lainnya. Semua itu menjadi syarat mutlak yang harus ada di kepala seorang mufassir.

8. Menguasai Cabang-cabang Ilmu yang Terkait dengan Ilmu Tafsir

Kita sering menyebutnya dengan 'Ulumul Quran. Di antara cabang-cabangnya antara lainilmu asbabunnuzul, ilmu nasakh-manskukh, ilmu tentang al-'aam wal khash, ilmu tentang Al-Mujmal dan Mubayyan, dan seterusnya.
Tidak pernah ada seorang mufassir yang kitab tafsirnya diakui oleh dunia Islam, kecuali mereka adalah pakar dalam semua ilmu tersebut.

9. Pemahaman yang Mendalam

Syarat terakhir seorang mufassir adalah dia harus merupakan orang yang paling paham dan mengerti tentang seluk belum agama Islam, yaitu hukum dan syariat Islam. Sehingga dia tidak tersesat ketika menafsirkan tiap ayat Al-Quran.

Dia juga harus merupakan seorang yang punya logika yang kuat, cerdas, berwawasan, punya pengalaman, serta berkapasitas seorang ilmuwan.

dizaman akhir ini banyak aliran-aliran sesat sebagai akibat menafsirkan Al-Qur'an tanpa ilmu yang memadai , oleh karena itu berhati-hatilah dengan pengajian yang hanya mengajarkan Al Qur’an melalui terjemahan, carilah pengajian Al Qur’an yang menggunakan kitab-kitab Tafsir yang diakui kebenarannya seperti kitab tafsir Qurtubi, Thobari, Ibnu Katsir, Jalalain dan lain-lain. Pengajian Tafsir Al Qur’an itu pengajarnya harus mengerti Bahasa Arab, Nahwu, Sorof, Balagoh, Ma’ani, Badi’, Ushul Fiqh, Ilmu Hadits, pendapat para sahabat dan para ulama.
 
Demikian sekelumit syarat mendasar bagi seorang mufassir sebagaimana yang dijelaskan oleh Syeikh Manna' Al-Qaththan dalam kitabnya, Mabahits fi 'Ulumil Quran. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan.


Wallahu a'lam bishshawab, wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Penulis : Ust. Ahmad Sarwat, Lc



KUMPULAN TAFSIR HADIST

Terimakasih saya ucapkan pada temab saya Abdulrahman Muslim yang telah merangkum dan membagikan  ilmunya dalam sebuah ebook . . .
Semoga amalnya dapat bertahan selama ebook itu masih ada . . . amin


untuk mendownload kumpulan hadist tersebut anda bisa klik link dibawah ini
 

atau bisa juga kunjungi langsung di situsnya :
https://sites.google.com/site/ashabulalmuslim/my-file/KumpulantafsirIlmuhadits_byAshabulMuslimin.zip?attredirects=0

Blog Archive

Download Ebook Islam Terlengkap

Statistik

.