Motto "Lestarikan Budaya Luhur Islam"

07 Mei 2015

Bisakah mengirim Pahala Kepada Mayit??

Mukadimah Ayat ;

Sungguh Allah Ta'ala telah berfirman

وَ أَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى

"Dan manusia tidaklah memperoleh (pahala) kecuali apa yang telah diusahakannya ." (Qs An Najm: 39)

Penjelasan :

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan mengenai makna ayat ini: "Yaitu, sebagaimana seseorang tidak akan menanggung dosa orang lain, demikian juga dia tidak akan memperoleh pahala kecuali apa yang telah ia usahakan untuk dirinya sendiri. Dari ayat yang mulia ini, Imam Asy Syafi'i rahimahullah dan para pengikutnya mengambil kesimpulan hukum bahwa bacaan Al Qur'an yang dihadiahkan kepada mayit pahalnya tidak akan sampai kepada si mayit karena hal itu bukan amal perbuatan mereka sendiri dan bukan pula usaha mereka. Oleh karena itulah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidaklah mengajarkan hal tersebut kepada umatnya dan tidak pula menganjurkannya, tidak pula membimbing mereka dengan menggunakan dalil yang tegas maupun isyarat, tidak pula hal ini dinukil dari seorang sahabatpun radhiyallahu 'anhum. Seandainya  mengirim pahala bacaan Al Qur'an kepada mayit adalah perkara yang baik maka mereka pasti telah mendahului kita dalam perkara ini."

Adapun hadits Rasulullah shallallahu 'aliahi wa sallam

إذا مَاتَ الإِنْسَانُ انقَطَعَ عملُه إلا من ثَلَاثٍ : من ولدٍ صالحٍ يدعُوْ له, أو صدقةٍ جاريةٍ من بعدِهِ , أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ

"Jika seseorang meninggal dunia maka terputuslah pahala amalannya kecuali tiga perkara : anak shalih yang mendoakannya , sedekah jariyah dan ilmu yang bermanfaat ." (HR. Muslim)

Ibnu Katsir juga menjelaskan mengenai hal ini bahwa pada hakikatnya tiga perkara tersebut merupakan bagian dari usaha dan amalan seseorang. Sebagaiamana dalam sebuah hadits (artinya): "Sesungguhnya sebaik-baik apa yang dimakan oleh seseorang adalah yang berasal hasil usahanya, dan sesungguhnya anak keturunan merupakan bagian dari usahanya."
(HR. Ahmad, Abu Dawud, At Tirmidzi, An Nasa'i dari hadits 'Aisyah radhiallahu 'anhaa, At Tirmidzi mengatakan derajat hadits ini hasan shahih).

Kemudian untuk sedekah jariyah seperti wakaf dan yang sejenisnya, hal ini merupakan bagian dari peninggalan amalannya (atsar). Allah Ta'ala berfirman:

إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَى وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ

"Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan dampak dari amal yang mereka tinggalkan (atsar)." (Qs. Yaasin: 12)

Kebiasaan tahlilan yang dilakukan masyarakat pada hari-hari tertentu setelah seseorang meninggal dunia merupakan perbuatan yang tidak ada dasarnya didalam islam.

Karena dan tidak jarang hal itu memberatkan dan membebankan keluarga si mayit jika mereka termasuk golongan orang-orang yang tidak mampu.

Adapun tentang doa bersama bagi seorang yang sudah meninggal yaitu seseorang berdoa sedangkan yang lainnya mengaminkan maka tidaklah mengapa meskipun yang lebih utama adalah berdoa dengan sendiri-sendiri.

Imam Muslim meriwayatkan dari Utsman bin 'Affan, ia berkata; Nabi shallallahu 'alaihi wasallam apabila telah selesai dari menguburkan mayit beliau berkata: "Mintakanlah ampunan untuk saudara kalian, dan mohonkanlah keteguhan untuknya, karena sesungguhnya sekarang ia sedang ditanya."

Firman Allah swt :

وَالَّذِينَ جَاؤُوا مِن بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

Arti)nya : "Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb Kami, beri ampunlah Kami dan saudara-saudara Kami yang telah beriman lebih dulu dari Kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati Kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb Kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang." (QS. Al Hasyr : 10)

Imam Nawawi mengatakan, "Doa, pahalanya akan sampai kepada si mayit demikian pula sedekahnya dan keduanya sudah menjadi kesepakatan para ulama."

Sedangkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hirairoh bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,"Apabila anak Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal : dari sedekah jariyah atau ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakannya." tidaklah menutupi diterimanya doa seseorang bagi seorang yang sudah meninggal dunia oleh Allah swt meskipun orang yang mendoakannya itu bukanlah anak kandungnya karena yang dimaksud dengan terputus amalnya adalah amal si mayit.

Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Ad Darda' dia berkata; "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) yang tidak hadir dihadapannya, melainkan malaikat akan mendoakannya pula: 'Dan bagimu kebaikan yang sama.'

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,"Barangsiapa yang memohonkan ampunan bagi orang-orang beriman laki-laki maupun perempuan maka Allah menuliskan baginya dari setiap orang beriman laki dan perempuan (yang didoakannya) itu satu kebaikan." (HR. ath Thabrani, al Haitsami mengatakan sanadnya baik. Syeikh al Albani menghasankan hadits ini)

Kesimpulan

Dan ayat An-Najm bahwa seseorang  memang memperoleh kecuali apa yg ia usahakan. Dosa dan pahala adalah hasil perbuatan simayit ketika hidup didunia. Jadi mengirim pahala baca qur'an dan sedekah supaya menambah catatan amal simayit adalah bertentangan dengan ayat diatas.

Dan doa kaum muslimin memintakan ampunan kepada Allah agar dosa-dosa simayit dapat dikurangi dicatatan amal diakhirat sana. Hal itu tidak bertentangan karena yang dimaksud ayat 'tidak memperoleh apa2 kecuali apa yang dia usahakan' adalah pahala dan dosa.

Bukan termasuk didalamnya doa kaum muslimin, karena doa kita disana tidak menambah catatan pahala amal kebaikan simayit tetapi kita hanya memohon kepada Allah agar menjamin keselamatan dan ampunan bagi simayit.

Wallahu A'lam

Editor :
M alie marzen

Penerbit:
www.ashabul-muslimin.tk

Refrensi :

berbagai sumber.

11 April 2015

23 Maret 2015

Solusi Dampak Negatif Arus Globalisasi

Judul  : Mari Waspadai Efek negatif Globalisasi dengan Banyak Belajar Agama.

oleh : muhammad abdulrahman al muslim a.k.a (Ali Marzen)

Profil penulis : alumni majelis dakwah sekolah al-ijtihad SMK N 2 Temanggung, Jawa Tengah, lulusan 2010. juga sebagai editor dan publisher aktif di majelis www.ashabul-muslimin.tk sejak berdiri 2009 - sekarang.

MUKADIMAH

BISMILLAHIRROHMANIOHIM,

Sudah 6 tahun saya sebagai aktivis blogger muslim dengan berbagai pengalaman suka dan duka saya kembali menengok arsip tulisan lama saya, barangkali sudah basi kalau itu makanan, kalau kertas sudah usang, tapi tidak ada kata basi atau kadaluarsa bagi ilmu pengetahuan.

Artikel ini sebenarnya adalah artikel daur ulang. eits tapi bukan daur ulang rongsokan loh. apa maksudnya?

Tulisan ini adalah tulisan pertamaku dulu ketika mulai aktif di majelis dakwah. tepatnya pertengahan tahun 2010. waktu itu aku belum lancar menulis dan susunan paragrafnya belepotan, dengan sedikit edit kami sajikan tulisan artikel ini kembali untuk anda. memang menulis itu adalah sulit bagi sebagian orang tapi kalau sudah terbiasa lama-lama dan tulisan kita terorganisir rapi dan mudah dimengerti. tulisan ini diharapkan menjadi nasehat bagi kaum muslimin dan sebagai motivasi bahwa setiap orang bisa jadi penulis tanpa copy paste karya orang lain. tulisan ini teks aslinya adalah ; http://dulrohman.blogspot.com/2011/02/mewaspadai-perkembangan-zaman-melaui.html mari kita simak, tema tentang globalisasi dan kerusakan moral remaja.

MENENGOK KEADAAN GENERASI MUDA HARI INI.

sejenak mari kita tengok dunia kita yang sudah serba berantakan, anak muda semuanya gemar facebook dan  media sosial. bahkan tiap harinya ia habiskan untuk facebook, menurut penulis itu merupakan hal yang sia-sia. karena disamping kita rugi waktu kita juga berpotensi mengarah ke hal-hal yang tidak baik jika kita sudah kecanduan barang satu ini.

Sebagai umat islam, maka kita jangan sampai dibodohi oleh kaum kafir khususnya orang barat, apa buktinya? kita kecanduan facebook, sms tidak manfaat seperti pacaran dalam HP, main PS, game online, kecanduan siaran sinetron dan sebagainya yang mana mudhorot / kejelekannya sangat banyak untuk di bicarakan daripada kebaikannya. manfaat dari semua teknologi ini memang ada akan tetapi kita juga harus mengerti kalau mungkin manfaat nya itu lebih sedikit dibandingkan efek negatifnya.

jika kita tidak pandai-pandai menggunakan semua fasilitas teknologi di zaman globalisasi ini, disabdakan oleh rasululloh itu termasuk orang yang merugi, kenapa? karena waktu yang seharusnya kita gunakan untuk beramal salih malah kita gunakan untuk hal-hal yang tidak perlu dan bahkan merugikan diri kita.

seperti dalam hadits (nasehat nabi Muhammad SAW) dijelaskan

“Dari Abu Huroiroh beliau mengatakan, Rosululloh r bersabda : “Diantara tanda baiknya keimanan seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya”.

Ket Hadits :

(Hadits ini di keluarkan oleh -Imam Turmudzi ,
- Ibnu Majah ,
-al-Baihaqi,
-Ibnu Hibban, 
-al-Baihaqi
- di hasankan oleh Imam Nawawi, dan shohihkan oleh syaikh Al-Albani dalam Misykatul Masobih No. 4839.)

Ibnu Daqiq al-‘Ied mengatakan : “Hadits ini merupakan ungkapan yang mencakup banyak makna yang agung pada lafadz yang sedikit”.

maka kita pun dapat mengartikan bahwa melakukan kesia-siaan juga berarti tanda buruknya keimanan seseorang. Dari hal tersebut maka kita harus berpikir dua kali jika kita mau menghabiskan waktu kita untuk hal-hal yang merugikan itu. sekarang cobalah kita tengok diri kita dan lingkungan kita.

Apakah semuanya baik-baik saja atau sebaliknya, bahkan justru yang penulis lihat hampir semua lingkungan tempat anak-anak generasi penerus bangsa ini selalu disuguhi oleh tontonan negaif dan fasilitas yang canggih namun merusak seperti TV, HP, Internet dan sebagainya yang mungkin digunakan untuk hal-hal yang tidak berguna dan mencontohkan sikap cinta duniawi.

TANGGUNG JAWAB ORANG TUA KEPADA ANAK

oleh karena itu kita sebagai orang tua jika tidak memperhatikan apa dan bagaimana anak tersebut menggunakan berbagai fasilitas tersebut maka orang tualah yang akan merugi. karena tanpa kontrol dari orang tua maka seperti yang terjadi kebanyakan yaitu akan membahayakan anak tersebut untuk menuju hal-hal yang negatif.

Kita perhatikan di tv, majalah , internet dan media lain banyak kasus-kasus pelanggaran oleh remaja-remaja termasuk juga yang masih anak anak dari pencurian, perampokan perjudian, pemerkosaan,  tawuran antar pelajar dan sebagainya, itu tidak lain tidak bukan adalah akibat negatif dari perkembangan zaman yang serba canggih tetapi tanpa kontrol orang tua sehingga ketika anak tersebut telah dewasa bingung mau jadi apakah anak tersebut.

apakah hanya akan main nongkrong dipinggir jalanan sambil merokok sambil main Gitar atau mungkin malah sampai mabuk-mabukan menjadi perampok atau begal?.

Hal itu sungguh ironis karena hal itu terjadi banyak sekali di Indonesia , tanah Air Kita yang sebagian penduduknya adalah Muslim, apa yang telah kita perbuat pada anak-anak kita sehingga Generasi kita ini rusak berat. Tidak lain adalah ulah kita yang acuh tak acuh terhadap anak apalagi ditambah pengetahuan agama yang sangat kurang sehingga tak salah jika banyak terjadi Demoralitas/kemorosotan moral.

Kalau kita hanya mengandalkan sekolah saja untuk mendidik anak kita, tetapi kita pontang -panting bekerja tanpa waktu luang untuk keluarga tanpa perhatian khusus untuk anak-anak kita maka berakibat pada rusaknya hubungan antar keluarga. apalagi dizaman akhir sekarang ini, cobaan tentu saja semakin berat maka kita harus waspada dan selalu meningkatkan Ilmu Agama kita.

Umumnya disekolah formal yang bukan pesantren atau berasaskan Keislaman, maka berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah adalah saya mengalami sendiri waktu sekolah pelajaran moral dan agama seminggu hanya satu setengah jam, itu saja Gurunya sering Kosong dan malas mengajar. jadi apa yang kita kita harapkan dari anak setelah mereka lulus? 

Lulus sekolah bukannya anak tersebut membantu meringankan beban orang tua tapi mungkin justru akan merepotkan orang tua karena kenakalan yang amat sangat pada anak tersebut. Disisi lain dampak Negatif teknologi tentunya sangat lebih banyak dibanding dampak posistifnya, karena Setan yang dilaknat Allah tentunya sudah membuat perangkap yang sedemikian banyaknya sehingga semua kebenaran tampak semu, antara hal yang baik dan yang buruk sampai-sampai hampir tidak terlihat perbedaannya, tentunya segala perangkap setan itu tentunya adalah hal-hal yang disenangi, seperti dari game, TV, internet, gadget dsb. segalanya memang menyenangkan akan tetapi akibatnya menjadikan anak jadi malas belajar, akhirnya membolos setelah itu terlibat pergaulan bebas akhirnya keluar sekolah ditengah jalan, naudzubillah.

sehingga dari sinilah kita belajar untuk mendidik anak sejak Dini sampai ia dewasa dan kita harus selalu menaruh perhatian yang besar kepada anak sehingga Generasi kita menjadi generasi yang sholeh yang akan membangun negri ini dengan adil dan bijak.

Selaku orang tua, untuk membentuk anak sholeh maka jika kita kurang mampu dalam mendidik ilmu agama kita bisa menitipkan anak-anak kita dipondok pesantren, akan tetapi tak lepas kewajiban kita sebagai orang tua dan guru dirumah maka kita juga harus selalu senantiasa memperhatikan dan menasehati anak, karena sesungguhnya dari lingkungan keluargalah yang menetukan sukses tidaknya pendidikan diluar rumah seperti di Sekolah atau Pesantren.

MARI KITA KAJI MANFAAT IPTEK UNTUK BERDAKWAH

Ilmu agama merupakan erat kaitannya dengan Ilmu pengetahuan dan teknologi supaya segalanya menjadi terarah menuju hal yang bermanfaat. maka kita sebagai umat islam dituntut untuk menuntut ilmu setinggi mungkin untuk mengembangkan Iptek supaya segala sesuatu itu lebih maslahat terhadap Umat Islam Khususnya dan Bagi seluruh manusia di Dunia Umumnya.

Adapun kaitannya dengan tema tadi yaitu hubungan ilmu agama dengan Iptek maka tidak salah jika penulis mengajak kepada seluruh pembaca khususnya dan Seluruh Umat Islam untuk selalu menambah ilmu pengetahuan Agama dan juga tidak meninggalkan Ilmu Duniawi seperti Ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan pesat seperti zaman sekarang ini. kemudian kita manfaatkan untuk kepentingan agama. demi kemajuan bangsa dan umat islam.

Disini Penulis berupaya supaya sekelumit materi yang amat sedikit ini bisa memotivasi umat Muslim untuk selalu mengembangkan semua Ilmu pengetahuan dijalan yang diridhoi Oleh Allah. kita sebagai Umat islam wajib menuntut ilmu tanpa mengenal batasan umur.

Jika kita sudah mengerti cara memanfaatkan Ilmu tersebut maka kita dituntut untuk meneruskannya kepada generasi setelah kita sehingga ilmu tersebut tidak hilang. Dari kajian ini untuk masalah Iptek yang sedang tren di zaman ini adalah Internet, gadget, dan Hp, dll dari situ kita bisa memperoleh gambaran tentang pergaulan didunia maya sangat berpengaruh dengan kehidupan kita sehari-hari, seperti facebook contohnya, banyak anak-anak sekarang yang menggunakan facebook dan media sosial hanya sekedar untuk menghabiskan waktu luang, untuk ngobrol yang tidak-tidak atau menggosip, bahkan juga yang lebih buruk untuk berpacaran secara online.

Maka dengan diimbangi ilmu agama maka hal buruk tersebut harusnya berkurang dan kita manfaatkan internet untuk berdakwah karena potensinya sangat besar.

PENUTUP

Alangkah baiknya jika internet tersebut kita kaji sehingga bisa menghadirkan manfaat seperti kita membuat website untuk Forum diskusi Umat muslim, radio dakwah internet, facebook yang mengarah pada forum Islam dan sebagainya. Penulis melihat sebenarnya sudah banyak yang telah mendirikan forum dakwah online tersebut.

akan tetapi masalahnya banyak anak muda yang lebih menyenangi hal-hal yang sekiranya menyenangkan tapi menjerumuskan seperti pergaulan yang tidak terkontrol dalam baik dikenyataan maupun media sosial, sehingga penulis bisa memeperoleh gambaran akan sepinya majelis-majelis Islam baik didunia nyata maupun Internet.

sebenarnya ada yang mengkaji, tetapi kebanyakan dari kalangan orang dewasa, dan anak kecil yang belajar iqro,  hal ini sungguh ironis karena generasi mudalah yang berpotensi besar mengembangkn ilmu agama ini. oleh karenanya kita dituntut untuk memiliki sikap tanggung jawab yang besar kepada anak-anak kita untuk mendidik pengetahuan agama yang lebih banyak kepada anak dirumah, kita dituntut bisa membentuk anak kita yang sholeh dan mampu berbakti kepada kedua orang tua.

sebagai penutup penulis ingin menyampaikan supaya 'KAJILAH' Ilmu walau hanya seberapa, tapi manfaatnya jauh lebih besar dari yang kita bayangkan, contohnya seperti membuat sebuah website Islami yang didalamnya berisi pengembangan-pengembangan ilmu pengetahuan dan agama supaya pengunjung web tersebut bisa menambah ilmunya, semoga kita mendapatkan rahmat-Nya sehingga hal itu bisa kita wujudkan bersama Amien.

Wallahu 'alam.

sumber refrensi : tulisan web ini paling jadul bersamaan dengan berdirinya www.ashabul-muslimin.tk dan berbagai ubahan dan penyempurnaan.

Cara berpakaian menurut islam


Oleh: Siti Mahmudah

Salah satu misi Islam adalah memuliakan kaum wanita. Bentuk pemuliaan tersebut, di antaranya, melalui perintah menutup aurat, agar terjaga dari pandangan orang lain, sekaligus menghindarkan fitnah.

Allah SWT berfirman, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan, pakaian takwa itulah yang paling baik.” (QS al-A’raf [7]: 26).

Pakaian merupakan salah satu nikmat besar yang Allah berikan kepada hamba-hamba-Nya. Salah satu cara mensyukuri nikmat pakaian itu adalah dengan mengenakan pakaian sesuai tuntunan-Nya.

Oleh karena itu, Islam memberikan ketentuan dalam mengenakan pakaian. Pertama, menutupi seluruh badan, kecuali wajah dan telapak tangan. Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Asma, sesungguhnya perempuan itu apabila telah sampai umur (dewasa), maka tidak patut menampakkan sesuatu dari dirinya melainkan ini dan ini. Rasul berkata sambil menunjukkan pada muka dan telapak tangan hingga pergelangannya sendiri.” (HR Abu Dawud).

Kedua, tidak ketat. Memakai pakaian yang ketat akan menampakkan bentuk tubuh yang ditutupinya. Seseorang yang mengenakan pakaian ketat seakan tidak berpakaian alias telanjang. Sehingga, hal itu dapat memancing syahwat dan menjadi sebab timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan.

Ketiga, tidak tipis. Pakaian yang tipis akan menampakkan warna kulit yang akan semakin memancing syahwat dan melahirkan fitnah.

Keempat, tidak menyerupai pakaian laki-laki dan begitu juga sebaliknya. Sabda Nabi Muhammad SAW, “Allah melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki. Allah juga melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki“ (HR Bukhari).

Kelima, tidak berwarna yang mencolok. Sebab, warna yang mencolok dapat menarik perhatian orang lain. Rasulullah SAW terbiasa mengenakan pakaian warna putih, kadang merah, dan terkadang hijau. (HR Bukhari, Nasai, dan Hakim).

Karena itu, saking pentingnya masalah berpakaian agar tidak menimbulkan fitnah, Rasulullah SAW pun mengajarkan doa yang hendaknya dibaca pada setiap akan mengenakan dan melepas pakaian.

“Allaahumma innii as-aluka min khairihi wa khairi maa huwa lahu, wa a’uudzubika min syarrihi wa syarri maa huwa lahu” (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebajikan pakaian ini dan kebajikan yang disediakan baginya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari kejahatannya dan kejahatan sesuatu yang dibuat untuknya)”. (HR Ibnu Sunni).
 
Dengan demikian, jika masing-masing kita berkomitmen menerapkan ajaran agama yang diyakini dalam kehidupan sehari-hari, termasuk komitmen dalam berpakaian, maka tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Wallahu a’lam.

Sumber : koran republika

12 Maret 2015

Qonaah (nrimo ing pandum), adalah sifat orang kaya (hatinya)

Alhamdulillah, segala puji hanyalah milik Allah. Dia-lah yang telah memberikan ampunan kepada setiap pelaku dosa. Dan Allah pula yang telah melipat-gandakan pahala bagi para pelaku kebajikan. Dia melimpahkan berbagai kebaikan dan kenikmatan kepada segenap makhlukNya.

Ketahuilah, pemberian terbaik yang Allah anugerahkan kepada seorang hamba adalah keimanan dan ketakwaan. Kekayaan dan kecukupan hidup, hendaknya tidak menjadi kendala seseorang untuk bertakwa. Dia juga harus yakin, bahwa iman dan takwa merupakan nikmat dan karunia Allah semata. Oleh karena itu, pemberian yang sedikit, jika disyukuri dan dirasa cukup, itu lebih baik daripada banyak tetapi masih menganggapnya selalu kekurangan. Sehingga tidaklah berfaidah limpahan nikmat dan banyaknya harta bagi orang-orang yang tidak bersyukur kepada Allah.

Ingatlah, kekayaan tidak disebabkan harta yang melimpah. Namun kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan yang terdapat pada jiwa. Yaitu jiwa yang selalu qana'ah dan menerima dengan lapang dada setiap pemberian Allah kepadanya, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.

قَدْ أَفْلَحَ مَنْ أَسْلَمَ وَرُزِقَ كَفَافًا وَقَنَّعَهُ اللهُ بِمَا آتَاهُ

"Sungguh beruntung orang yang telah berserah diri, diberi kecukupan rizki dan diberi sifat qana'ah terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya". [HR Muslim]

Dengan sifat qana'ah ini, seorang muslim harus bisa menjaga dalam mencari rizki atau mata pencaharian. Ketika bermu'amalah dalam mencari penghidupan, jangan sampai melakukan tindak kezhaliman dengan memakan harta orang lain dengan cara haram. Inilah kaidah mendasar yang harus kita jadikan barometer dalam bermu'amalah. Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ إِلَّا أَن تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu…" [an Nisaa/4 : 29].

Wallahu alam

Sumber :
Almanhaj.or.id dan majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun X/1427H/2006M.

Blog Archive

Download Ebook Islam Terlengkap

Statistik

.